Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BEI: Jangan Pakai Uang Bulanan untuk Bermain Saham

 



Ilustasi. Seorang pemain saham sedang mengamati pergerakan saham. suaratani.com - dok

SuaraTani.com-Medan| Jumlah investor di pasar modal hingga kini belum berkembang signifikan. Saat ini baru jumlahnya berkisar 1,5 juta investor atau 0,5% dari total populasi penduduk Indonesia berkisar 260 juta jiwa. 

Upaya sosialisasi dan edukasi selama ini ditujukan kepada anak-anak muda atau milenial, agar saat mereka sudah bekerja atau memiliki usaha di usia dewasa, mereka sudah memiliki kemahiran dalam berinvestasi. 

Salah satunya dilakukan sejumlah pesohor sekaligus influencer  yang memanfaatkan media sosial  (medsos) untuk  bercerita soal investasi saham. Ada pula yang menyampaikan keuntungan yang mereka dapatkan dari investasi saham. 

Tetapi menurut Kepala Kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara (Sumut), Pintor Nasution, ada kalanya  informasi yang disampaikan para pesohor cenderung memberikan pernyataan yang menjanjikan hasil investasi atas saham tertentu. 

Keuntungan yang mereka dapatkan dari satu atau beberapa saham mereka publikasi di medsos. Sehingga dikhawatirkan, para pemula yang ingin memulai berinvestasi cenderung ikut memilih saham-saham yang dimiliki para selebritas tersebut. 

"Padahal, pertimbangan dalam berinvestasi saham terutama bukan berasal dari pendapat seseorang atau sekelompok orang. Karena pernyataan ini bisa menyesatkan, dan bahkan bisa memberikan keuntungan bagi pihak tertentu dan merugikan pihak lainnya," ujar Pintor  dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/2/2021).

Hal ini menurut Pintor, dikarenakan kenaikan harga saham salah satunya ditentukan berdasarkan hukum permintaan. Jika saham tertentu diminati banyak orang (banyak yang mau membeli), maka harga saham akan naik mengikuti hukum supply and demand. 

Bayangkan, jika ada seorang influencer di medsos menyebutkan nama saham yang dimilikinya, apalagi dengan informasi keuntungan besar yang mereka dapatkan, lalu kemudian investor ramai-ramai ingin membeli saham tersebut, maka harga akan naik. 

Pembeli terakhir akan mendapatkan harga beli yang paling tinggi. Sementara investor yang lebih awal memiliki saham ini, akan menikmati keuntungan yang besar karena dia bisa menjual saham miliknya dengan return yang tinggi ketika harganya sudah melambung. 

Kenaikan harga tersebut akan dipicu dari permintaan beli, bukan berdasarkan kinerja fundamental saham perusahaan.   

"Jadi, bagi para investor pemula, sebaiknya memilih saham bukan berdasarkan informasi dari investor lainnya, melainkan berdasarkan analisa atas kinerja perusahaan yang sahamnya hendak dibeli," katanya.

Analisa saham menurut Pintor, bisa diperoleh dari perusahaan sekuritas tempat investor membuka rekening saham. Sumber lainnya, seperti dari laporan keuangan perusahaan secara langsung yang dipublikasi di website perusahaan, atau di media publikasi. 

"Sedangkan informasi yang ada di  media sosial cukup jadi pemacu para milenial mempelajari cara berinvestasi saham di pasar modal Indonesia," ucapnya.

Dilanjutkannya, faktor berikutnya yang harus diperhatikan adalah berinvestasi dalam jangka panjang pada perusahaan yang secara fundamental baik, dapat menjaga risiko fluktuasi harga dan juga akan menikmati potensi keuntungan yang lebih besar. 

Karena biasanya  berinvestasi di saham dalam jangka panjang, bertujuan membiayai kebutuhan di masa depan agar tidak tergerus inflasi. Sisihkanlah dana investasi dari uang yang idle, atau yang tidak terpakai. 

Karenanya jangan ambil dana investasi dari uang kebutuhan bulanan. Dalam jangka pendek bisa saja harga saham mengalami fluktuasi naik dan turun akibat faktor non fundamental seperti krisis ekonomi, politik, sosial atau situasi yang terjadi di industri di mana perusahaan bergerak. 

"Alokasikan dana investasi saham paling pendek antara 3-5 tahun. Lebih panjang lagi akan lebih baik, karena akan melewati siklus krisis ekonomi yang umumnya terjadi setiap lima tahun sekali," tutupnya.* (ika)