Petani mengumpulkan TBS sawit sebelum dibawa ke Pabrik Kelapa Sawit untuk diolah. Sejak Senin kemarin, harga TBS di tingkat petani mulai berangsur turun bahkan turun hingga 50%.suaratani.com-dokSuaraTani.com – Medan| Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani di Sumatera Utara (Sumut) mulai menunjukkan tren penurunan.
Dari informasi yang diterima, harga TBS di tingkat petani di Kecamatan Tiga Juhar Deliserdang mulai terdampak. Dari biasanya dihargai di kisaran Rp3.200 per kilogram (kg), sejak Senin (25/4/2022) kemarin, harga TBS anjlok menjadi Rp1.800 per kg.
Sementara sejumlah petani di Langkat menjual sawitnya sebesar Rp1.500 per kg dari kisaran harga Rp3.000 per Kg.
“Penurunan tersebut jelas bukan penurunan biasa yang terjadi saat menjelang libur panjang., tetapi saya melihat penurunan ini lebih dikarenakan oleh kebijakan pemerintah khususnya dari Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor CPO dan produk turunannya,” ujar pemerhati ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, di Medan, Selasa (26/4/2022).
Gunawan menyebutkan, meski kebijakan ini baru akan direalisasikan mulai 28 April mendatang, tetapi tampaknya pelaku pasar mengkhawatirkan jika larangan tersebut nantinya benar-benar direalisasikan dalam bentuk produk aturan baru.
“Jadi penurunan harga TBS ini banyak dipengaruhi oleh ekspektasi dari wacana yang disampaikan oleh pemerintah sebelumnya,” sebutnya.
Sementara itu, harga CPO sejauh ini masih bertahan mahal dikisaran RM6.200 per ton. Artinya tidak mengalami penurunan layaknya penurunan harga TBS di Indonesia.
Kalau larangan ini diskenariokan sebagai kondisi yang terburuk adalah bahwa benar-benar terjadi larangan ekspor 100%, maka harga CPO dalam negeri akan turun dan harga TBS di tanah air akan terpuruk dalam.
Petani tidak akan menikmati kenaikan harga CPO dunia, dan justru mereka mendapatkan kerugian dari penurunan harga CPO di tanah air.
“Tetapi saya tetap berkeyakinan bahwa pemerintah tidak akan semudah itu menutup ekspor CPO sepenuhnya. Saya yakin akan ada produk aturan baru yang lebih mengakomodatif kepentingan dunia usaha sawit,” tambahnya.
Karena menurut Gunawan, melarang ekspor CPO 100% itu akan “membunuh” industri sawit dari hulu hingga ke hilir. Saat ini tren harga komoditas dunia tengah dalam tren naik. Dan harga CPO juga naik. Ditengah ancaman kenaikan harga enerji yang memicu kenaikan biaya operasional dan produksi.
“Saya yakin pemerintah tidak akan bertindak gegabah,” pungkasnya. *(ika)














