Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ini Alasan Kenapa Saham BRI Makin Layak Dikoleksi

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) secara daring di Jakarta (22/7/2021) lalu dalam rangka mendapatkan persetujuan aksi korporasi right issue yang akan dilakukan BRI dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) terkait rencana pembentukan Holding Ultra Mikro.suaratani.com-ist


SuaraTani.com – Jakarta| Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. semakin layak dikoleksi investor karena BBRI dinilai memiliki prospek cerah, menyusul aksi korporasi rights issue perseroan dengan harga pelaksanaan Rp3.400 per saham dengan potensi penghimpunan dana sebanyak-banyaknya mencapai Rp95,924 triliun. 

Sejumlah analis memproyeksikan kinerja saham emiten berkode BBRI bakal menguat pasca rights issue, tak terlepas dari kestabilan kinerja fundamental perseroan dan potensi pengembangan Holding Ultra Mikro (UMi) ke depan.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan kinerja BRI hingga pertengahan tahun ini terbilang solid kendati menghadapi tantangan ekonomi karena pandemi Covid-19. Untuk itu, Reza menilai saham emiten bank yang fokus menyasar UMKM di Tanah Air itu akan semakin melambung. 

Reza memandang dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank Himbara tersebut meningkat dengan baik diiringi penyaluran kredit yang positif. BRI mampu menghimpun DPK sebesar Rp1.096,45 triliun, meningkat sekitar 2,23% secara year on year (YoY).

“Perseroan pun membukukan peningkatan laba yang mulai mendekati pencapaian sebelum pandemi. Dalam laporan keuangan konsolidasian, BRI membukukan laba bersih Rp12,54 triliun per akhir semester I 2021. Pencapaian itu tumbuh sekitar 22,93% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” ujar Reza di Jakarta, Selasa (31/8/2021).

Menurut Reza, hal ini dapat menjadi sentimen positif bagi investor untuk lebih mengapresiasi saham bank dengan jaringan terluas di Tanah Air tersebut pada masa datang. Reza pun menilai, kinerja fundamental yang solid serta prospek holding akan turut pula menyemarakan rights issue yang ditempuh BRI. 

"Dengan kinerja seperti itu maka harusnya bisa positif. Harga sekarang yang masih di kisaran Rp3.900, ini masih di bawah target. Ke depan bisa naik di Rp4.550 hingga Rp4.600," katanya. 

Dalam prospektus yang dipublikasikan pada hari ini, BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar Saham Baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp50 per saham atau sebanyak-banyaknya 18,62% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I. Harga pelaksanaan rights issue BBRI yakni Rp3.400 per lembar saham.

Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021. Seluruh saham Seri B milik pemerintah dalam PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng.

Sesuai prospektus, nilai total PMHMETD I yang telah memperhitungkan inbreng atas nilai saham Pegadaian dan PNM serta eksekusi hak Pemegang Saham Publik adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp95,92 triliun. 

Total nilai tersebut terdiri atas nilai inbreng atas nilai saham Pegadaian dan PNM seluruhnya sebesar Rp54,77 triliun dan dana tunai maksimal Rp41,15 triliun apabila seluruh pemegang saham publik mengeksekusi haknya sesuai porsi masing-masing. Dana hasil dari aksi korporasi itu di antaranya akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan Holding Ultra Mikro bersama kedua BUMN tersebut.

Reza menuturkan bahwa langkah strategis melalui integrasi ekosistem usaha ultra mikro  (holding), dapat menjadi peluang besar BRI untuk menempuh diversifikasi bisnis. Penetrasi pasar yang lebih besar, menciptakan ekosistem penyaluran kredit yang lebih kuat hingga pertumbuhan kinerja lebih baik. 

"Dengan potensi ini, apakah dimungkinkan harga saham BBRI nanti bisa mencapai Rp5.000, atau Rp5.500, atau 6000? Ya menurut saya bisa dimungkinkan sepanjang realisasi kinerja pertumbuhan riil terlihat di mata pelaku pasar," ujarnya menekankan.

Terpisah, pengamat pasar modal yang juga Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi menilai saham BBRI pada masa datang akan melambung, karena investor secara rasional melihat kinerja fundamental yang positif dari bank terbesar di Indonesia tersebut.

Menurutnya, rights issue BRI akan lebih diminati investor kendati di pasar modal nasional marak aksi korporasi yang sama. Edhi pun menilai, rights issue BRI dengan harga pelaksanaan lebih murah akan lebih menarik minat investor, terlebih lagi karena tujuan penggunaan dana untuk membantu pemberdayaan usaha wong cilik. 

“Karena investor BBRI kebanyakan institusi, maka right-nya menarik buat dibeli. Rights issue dengan harga lebih murah dari harga induk di pasar biasanya dipandang menarik,” jelas Edhi.

Dia menegaskan beberapa rights issue untuk membayar atau mencicil hutang, selain untuk struktur permodalan. Namun, BRI akan menggunakan dana  untuk membiayai UMKM yang unbankable atau tidak memiliki akses ke perbankan melalui Holding Ultra Mikro. 

“Kalau berbicara ke pembangunan nasional ya lebih bermanfaat rights issue di BRI. Juga BRI akan selalu tumbuh karena net interest margin BRI tetap tertinggi di antara bank yang lain,” kata Edhi optimistis.

Edhi pun memberikan rekomendasi kepada publik yang selama ini sudah mengoleksi saham BBRI, agar menunaikan haknya dalam aksi korporasi tersebut. Menurutnya, amat disayangkan jika masyarakat melewatkan kesempatan itu. BRI dinilai memiliki prospek bisnis yang besar dan kuat yang akan sangat menguntungkan bagi investor di masa depan.

Di sisi lain, bisnis BRI pun memiliki idealisme kebangsaan yang kuat karena akan bermanfaat bagi pengembangan usaha rakyat kecil demi memperkokoh ketahanan ekonomi nasional. 

Dia mengingatkan, jika investor yang selama ini sudah mengoleksi BBRI tidak mengambil haknya, nilai saham yang dimiliki akan terdilusi. 

"Perlu kita catat juga investor publik juga dihadapkan dengan penerbitan saham baru yang nilainya besar. Namun, rasanya fokus utama tetap pada BBRI karena lebih masuk akal," tegasnya. 

Sebelumnya, manajemen BRI pun telah memaparkan potensi bisnis perseroan pasca rights issue. Bila pelepasan saham baru terserap optimal maka 5 tahun ke depan pertumbuhan kredit ekosistem usaha UMi akan tumbuh rata-rata 14% per tahun. 

Namun jika investor publik mengeksekusi rights-nya hanya 50% saja pertumbuhan kredit perseroan rata-rata 10,7% per tahun untuk 5 tahun ke depan. Manajemen BRI pun menjanjikan akan menjaga dividen payout ratio tidak kurang dari 50% setiap tahunnya. *(ika/ril)