Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Januari-Mei 2021, Nilai Ekspor Ikan Hias capai US$15,2 Juta

Peserta mengikuti Webinar Series Merah Putih Ikan Hias Tahun 2021, pada 9-18 Agustus 2021 yang digelar KKP dalam rangka menyambut HUT RI ke-76.suaratani.com-ist


SuaraTani.com - Jakarta| Dalam rangka menyambut HUT RI ke-76, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH), Pusat Riset Perikanan, bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPIK UNAIR), menyelenggarakan Webinar Series Merah Putih Ikan Hias Tahun 2021, pada 9-18 Agustus 2021. Webinar series tersebut akan membahas aspek riset dan bisnis dari ikan arwana, mas koki, cupang, koi dan aquatic plant.

Kepala Pusat Riset Perikanan, Yayan Hikmayani, menuturkan bahwa sektor perikanan terbukti mampu bertahan dalam berbagai situasi krisis termasuk saat situasi pandemi Covid-19. 

Bukti tersebut ditunjukkan dengan nilai ekspor ikan Indonesia yang mengalami peningkatan terutama untuk komoditas rumput laut, udang, tuna dan lainnya. 

Hal yang sama terjadi pada ikan hias di mana nilai ekspor Indonesia, untuk ikan hias pada tahun 2019, menguasai 10,5% dari pasar ikan hias dunia (data Dirtjen PDSPKP KKP), dengan negara tujuan ekspor meliputi Tiongkok, Amerika Serikat, Rusia, Kanada dan Singapura. 

Pada periode Januari–Mei 2021, menurut data nilai ekspor ikan hias Indonesia mencapai US$15,2 juta. Dari bukti yang ada menunjukkan bahwa Ikan hias merupakan produk unggulan ekspor di masa pandemi Covid-19, karena dapat menjadi objek hiburan saat dilakukan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau bentuk kebijakan lainnya.

“Kunci Indonesia tumbuh menjadi eksportir nomor satu ikan hias di dunia, adalah berkolaborasi dan bersinergi. Pencapaian RPJMN 2020-2024 dalam menetapkan strategi pembangunan ikan hias meliputi kualitas mutu produksi, promosi, konservasi spesies, dan habitat ikan hias endemik. Peta jalan mempercepat pengembangan industri ikan hias secara nasional harus dibangun sinergi hulu hingga hilir,” terang Yayan di Jakarta, Jumat (13/12/2021).

Hal senada disampaikan Dekan FPIK UNAIR, Moch Amin Alamsjah. Pihaknya berharap webinar ini dapat mendorong inovasi yang dapat meningkatkan potensi perekonomian nasional, sekaligus menimbulkan rasa cinta terhadap Indonesia. 

“Saya yakin kerja sama ini dapat dilanjutkan pada aspek lainnya dalam lingkup pengabdian masyarakat,” paparnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rendy Ginanjar, Koordinator Kegiatan Penelitian Arwana di BRBIH, menerangkan bahwa penelitian arwana di BRBIH telah dimulai sejak 2005. Sampai saat ini riset arwana telah dilakukan untuk arwana Papua, arwana Red Banjar, arwana Hijau Silver Brasil dan arwana Super Red. 

Untuk menyelamatkan spesies tersebut, BRBIH sejak tahun 2020 melaksanakan penelitian arwana Super Red, yang meliputi identifikasi jenis kelamin secara cepat dan murah, melaksanakan percepatan rematurasi pematangan gonad melalui stimulasi pakan dan hormonal (menggunakan ekstrak kaktus maupun menggunakan dosing hormone), peningkatan kapasitas reproduksi arwana Super Red, serta perbaikan sistem pemeliharaan induk dan benih arwana Super Red.

“Arwana memiliki berbagai macam jenis seperti Golden Red, Red Banjar, Irian, Silver dan Super Red. Namun faktanya hanya arwana jenis Super Red asal Kalimantan Barat yang paling banyak diburu. Nilai ekspor arwana Super Red cukup besar. Pada tahun 2018, arwana Super Red yang terjual mencapai 4.058 ekor dengan nilai Rp10,145 miliar, dan di tahun 2019 volume ekspor menjadi 2.360 ekor atau senilai Rp2,575 miliar. Karena ketenarannya, ikan jenis ini pun pernah diklaim oleh negara lain sebagai hewan endemik mereka. Namun klaim negara lain tersebut tidak mendasar dan mendapat protes keras dari Indonesia. Namun demikian, arwana Super Red berstatus endangered atau spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu dekat,” jelas Rendy.

Jenis ikan hias lainnya yang juga menarik yaitu jenis koi dan koki. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, pada 7 Maret 2021 lalu pun telah meresmikan Pusat Koi dan Maskoki Nusantara di Raiser Ikan Hias Cibinong, Kabupaten Bogor, dalam rangka menyiasati semakin pesatnya peluang ekspor komoditas ikan hias Indonesia. 

Ikan Maskoki (Carassiusauratus) merupakan jenis ikan hias air tawar yang banyak dipelihara masyarakat Indonesia karena dianggap memiliki bentuk yang bagus dengan variasi harga tergantung pada jenis dan warna ikan Maskoki. 

Ciri khas dari jenis ikan Maskoki adalah terdapat tonjolan di kepala dan perut yang buncit. Saat ini, jenis ikan Maskoki sangat beragam karena para pembudidaya berhasil menyilangkan dan menghasilkan jenis baru. 

Setidaknya terdapat sekitar 20 jenis ikan Maskoki paling populer dan termahal di pasaran Indonesia, diantaranya adalah Ranchu, Pom-Pom, Fantail Goldfish, The White Telescope, Bubble Eye, Tamasaba, Oranda, The Curled Gil, Lion Head, dan Fancy Panda.

Dalam kesempatan ini, M.Yamin, Peneliti BRBIH, menuturkan bahwa berdasarkan hasil riset, untuk mendapatkan koki yang berkualitas adalah dengan pemilihan induk genetik unggul, karena induk mewariskan warna, bentuk tubuh, sirip mata, hood , tulang kerangka, pada anakannya. Selain itu juga dipengaruhi oleh pakan yang bernutrisi dan lingkungan yang optimal.

“Ikan Maskoki Oranda (Carassius auratus) merupakan salah satu komoditas ikan hias air tawar yang memiliki prospek tinggi secara ekonomi. Untuk menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan koki yang optimal diperlukan pemberian pakan alami yang berkualitas. Pakan alami yang telah umum diberikan untuk larva ikan hias adalah Paramecium, Rotifera, Daphnia, Moina, Artemia dan Tubifex. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan hias, salah satunya adalah pemberian pakan yang sesuai dengan bukaan mulut larva dan kandungan gizinya,” jelas Yamin.

Sementara itu, Owner Reza Goldfish Farm, Reza Stefanus, menjelaskan bahwa budidaya koki tak menutup kemungkinan untuk dilakukan di perkotaan bagi masyarakat urban. Pasalnya budidaya koki dapat dilakukan di lahan 200 meter, seperti miliknya. Dengan 18 kolam semen dan 6 bak fiber, setiap bulannya Reza mampu mengantongi pemasukan sekitar Rp50 juta ke atas.

Bagi para pemula, Reza pun membagikan tips sukses untuk menjadi petani koki. Pertama adalah belajar untuk mencintai ikan koki dengan memeliharanya untuk tetap sehat, kedua yakni belajar ternak atau breeding. 

“Pada dasarnya proses bertelur sangatlah mudah, namun ketika telur menetas sampai usia 2 bulan, di sinilah kesulitannya. Kita harus mampu merawatnya dengan baik dan telaten seperti merawat balita,” jelasnya.

Untuk mengikuti sesi lainnya pada Webinar Series Merah Putih Ikan Hias, dapat mendaftar melalui http://bit.ly/PendaftaranWebinarIkanHias atau mengkases channel YouTube BRBIH_Depok dan FPIK UNAIR. *(putri)