SuaraTani.com – Medan| PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) terpaksa menunda rencana pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang ditargetkan bisa terealisasi tahun ini, meski anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sudah disiapkan sebesar Rp1 triliun.
Direktur PT Dharma Satya Nusantara Tbk, Jenti Widjaja mengatakan, penundaan pembangunan PKS dengan kapasitas 45 ton per jam dan 60 ton per jam itu masih dikarenakan pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir.
“Ada mesin yang harus kami datangkan dari Malaysia. Dan kita tahu, kalau Malaysia menerapkan lockdown yang cukup lama,” ujar Jenti saat memaparkan kinerja perusahaan dalam Public Expose (Pubex) LIVE 2021 yang digelar secara daring, Selasa (7/9/2021).
Dengan kondisi ini kata Jenti, untuk PKS yang berkapasitas 60 ton per jam ditargetkan bisa beroperasi di triwulan I tahun 2022 mendatang. Sedangkan yang berkapasitas 45 ton per jam sudah bisa beroperasi di triwulan IV tahun ini.
“Dengan penundaan ini, maka serapan belanja modal hingga semester I 2021 masih berkisar 30%, karena memang 80% dari capex yang kami siapkan untuk proyek,” katanya.
Sementara menyangkut kinerja keuangan, Jenti menyebutkan pihaknya menargetkan ada pertumbuhan 10% untuk pendapatan dari semester I tahun 2021. Sedangkan untuk laba, manajemen optimis akan jauh lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun 2020.
“Karena kita lihat di kuartal pertama 2021, kenaikan labanya cukup tinggi,” sebutnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara Tbk, Andrianto Oetomo menambahkan, untuk menggenjot kinerja perusahaan hingga akhir tahun, manajemen sudah menyiapkan sejumlah strategi.
Untuk jangka pendek, perusahaan tetap akan mengoptimalkan peggunaan teknologi untuk menekan pengeluaran. Dan ini berhasil menaikkan efisiensi hampir 50% untuk tenaga panen di unit perkebunan. Sementara untuk unit bisnis perkayuan, perusahaan bisa menaikkan efisiensi hampir 140% untuk penggunaan tenaga manusia.
“Jadi kita akan tetap seperti itu, disamping tetap menjaga jangan sampai kita terlena dengan harga yang begitu tinggi untuk CPO,” sebut Andrianto.
Rencana untuk bisnis kedepan terkait CPO menurut Andrianto akan ada 2 hal yang ingin dicapai, setidaknya hingga 5 tahun kedepan.
Pertama perusahaan tetap menjadi perusahaan sawit yang sangat optimal dan kedua menjadi perusahaan yang paling terdepan untuk masalah ESG.
“Untuk ESG,di dalam negeri kami anggota indeks Kehati, sementara di luar negeri, kami menduduki peringkat ke 16 di dunia berdasarkan versi SPOTT, yang merupakan badan internasional independen,” pungkasnya. *(ika)