Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kemenperin Monitor Produktivitas Pabrik Gula Rafinasi

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika saat mengunjungi PT Medan Sugar Industry, di Deliserdang akhir pekan lalu.suaratani.com-ist


SuaraTani.com – Jakarta| Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong produktivitas industri gula nasional, baik untuk kebutuhan konsumsi dan gula rafinasi untuk bahan baku bagi sektor industri makanan, minuman, dan farmasi (maminfar) di dalam negeri.

“Karena perannya yang penting bagi industri pengguna dan masyarakat, kami terus menjaga keberlangsungan usaha industri gula rafinasi sehingga dapat menjamin ketersediaan bahan baku bagi sektor maminfar dengan harga yang kompetitif. Hal ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta, Selasa (12/10/2021).

Ia mengemukakan, pihaknya akan terus memonitor perkembangan pabrik gula rafinasi di tanah air seiring dengan kebutuhan gula kristal rafinasi (GKR) di pasar domestik yang kian meningkat. Hal ini menandakan sektor industri pengguna GKR mulai bergeliat dan aktivitas perekonomian nasional semakin pulih setelah terkena imbas pandemi Covid-19. 

Guna memacu produktivitas industri gula nasional, diperlukan langkah sinergis antara pemangku kepentingan. Misalnya, pada akhir pekan kemarin, Plt. Dirjen Industri Agro mendampingi sejumlah anggota Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja di Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut). 

Kegiatan ini dalam rangka mendengarkan langsung perkembangan dan kendala dari pelaku industri gula rafinasi. Saat itu, Kemenperin Bersama Komisi VII DPR RI melakukan pertemuan dengan direksi PT Medan Sugar Industry (MSI), satu-satunya pabrik gula rafinasi di Sumut.

“Kunker tersebut diharapkan dapat memberikan dukungan dalam pengembangan industri gula rafinasi di Indonesia,” papar Putu.

Kemenperin bersama Komisi VII DPR RI sepakat untuk meningkatkan daya saing industri gula rafinasi sekaligus mendorong program substitusi impor. 

“Pemerintah bertekad untuk terus memberikan perhatian terhadap pengembangan industri gula di tanah air,” tegas Putu.

Kemenperin mencatat, saat ini terdapat 11 pabrik gula rafinasi dengan kapasitas terpasang 5,016 juta ton per tahun yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Produksi GKR pada tahun 2020 mencapai 3,09 juta ton, sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar 3,04 juta ton, meningkat 13% dibanding tahun 2018 (2,69 juta ton).

Sementara itu, kebutuhan GKR di pasar domestik diperkirakan sebesar 3-3,2 juta ton pada tahun 2021. Pabrik gula rafinasi yang ada saat ini didesain hanya untuk memproduksi GKR dari raw sugar yang merupakan bahan baku industri maminfar, agar nilai tambahnya ada di dalam negeri.Pabrik gula rafinasitidak diperkenankan mengolah tebu maupun Gula Kristal Putih (GKP), sebagaimana tertuang pada Permenperin 3 Tahun 2021.

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menyampaikan, pihaknya bertekad untuk terus membangkitkan kinerja sektor industri nasional, termasuk industri gula. 

“Gula merupakan salah satu komoditas yang strategis, termasuk gula rafinasi untuk memenuhi kebutuhan industri penggunanya,” ujarnya.

Direktur Utama PT Medan Sugar Industry (MSI) Indra Suryanigrat mengungkapkan, perusahaan yang memiliki izin prinsip pada tahun 2003 di Medan, Sumatera Utara, sampai saat ini telah memasok GKR sebagai kebutuhan bahan baku di industri makanan, minuman, dan farmasi. Bahkan, juga memasok untuk industri kecil dan menengah melalui koperasi.

PT MSI memiliki luas pabrik 8 hektare dengan kapasitas produksi sebesar 400 ribu ton per tahun. Dalam proses produksinya, PT MSI telah menggunakan teknologi terbaru dengan sistem otomatisasi. Hal ini untuk menjamin kualitas dan higienitas produknya.

“Kami terus melakukan improvement agar bisa lebih berdaya saing. Kami optimistis, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, juga dapat mengisi pasar ekspor. Saat ini, perusahaan sudah mendapatkan kontrak untuk ekspor sebesar 45 ribu ton,” sebut Indra. *(jasmin)