SuaraTani.com – Jakarta| Lonjakan harga sawit di pasar global mendorong pelaku pasar mencermati rencana Initial Public Offering (IPO) PT Nusantara Sawit Sejahtera yang akan melepas saham di Bursa Efek Indonesia (BBI) sebelum akhir tahun ini.
Usia tanaman, lokasi kebun dan pabrik, serta kepastian pemasaran produk menjadi pertimbangan pelaku pasar dalam menjadikan emiten kelapa sawit pilihan investasi.
Vice President/Senior Technical Portfolio Advisor PT Samuel Sekuritas Indonesia (Samuel Sekuritas), Muhammad Alfatih, mengatakan sebagai perusahaan yang berdiri tahun 2008, maka kemungkinan tanaman sawit milik PT Nusantara Sawit Sejahtera sedang berada dalam puncak produksinya.
Sebagai pemilik tanaman muda, perusahaan perkebunan masih terhindar dari faktor biaya peremajaan tanaman dan penurunan produksi akibat usia tanaman dalam jangka waktu yang relatif panjang.
“Keunggulan lain adalah dari lokasi yang relatif dekat dengan pelabuhan, sehingga biaya juga semakin efisien. Selain itu, dari kontrak pembelian yang sudah dimiliki sehingga pemasaran lebih stabil,” kata Alfatih menjelaskan daya tarik saham NSS, Kamis (28/10/2021).
Dikatakannya, dilihat dari prospek kenaikan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), secara umum saham perusahaan perkebunan sawit saat ini sangat menarik untuk dijadikan pilihan investasi atau transaksi di pasar saham.
“Menurut saya, saham sektor perkebunan kelapa sawit sangat menarik untuk menjadi pilihan karena dari harganya saat ini termasuk rendah dibandingkan pada 2 hingga 3 tahun lalu. Di sisi lain, harga penjualan minyak kelapa sawit justru sedang tertinggi selama 3 tahun terakhir,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, saham emiten sawit termasuk Laggard Stock di BBI. Memang, kinerja sahamnya di bawah rata-rata benchmark atau setara punya tingkat keuntungan yang lambat dibandingkan pergerakan pasar.
Namun, lanjut dia, kondisi ini memberikan peluang rebound dan justeru memberikan peluang beli bagi investor. Apalagi, dari sisi fundamental relatif baik. Saat ini, harga komoditas sedang naik sesuai dengan siklus sektoral setelah krisis pandemi Covid-19 yang cenderung mereda.
Alfatih juga mengatakan, mengingat luas lahan yang semakin terbatas, intensifikasi lahan perusahaan perkebunan juga masih dapat jadi strategi untuk meningkatkan produktivitas. Dengan melakukan pengolahan produk turunan dari minyak kelapa sawit, nilai tambah komoditas sawit bisa ditingkatkan.
Dia mengakui, saat ini kalangan milenial lebih menyukai emiten perusahaan high technology dan sektor itu yang paling dekat dengan aktivitas sehari-hari. Untuk membidik investor milenial, unsur digital bisa saja dikaitkan dengan perkebunan kelapa sawit seperti untuk pemeliharaan perkebunan, panen dan proses lainnya.
Sebelumnya, Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera, Dr Robiyanto mengatakan PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) berencana menggelar penawaran saham umum perdana (IPO) pada kuartal IV tahun 2021 ini.
“Harga komoditas oke. Pemerintah melakukan berbagai perbaikan regulasi. Perusahaan siap menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Ini menjadi dasar kami menggelar IPO,” jelasnya, dalam media briefing Prospek Industri Sawit Indonesia, di Jakarta, Jumat (8/10/2021).
Di sisi lain, dari internal perusahaan ada kebutuhan modal untuk memperkuat kapasitas usaha guna memanfaatkan peluang bisnis di industri kelapa sawit yang sangat besar, yaitu menambah pabrik kelapa sawit (PKS) dan kegiatan penelitian dan pengembangan.* (junita sianturi)