Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Naik 135%, Nilai Ekspor Produk Olahan Singkong Tahun 2020 Capai US$9,7 Juta

Pekerja menyiapkan produk olahan singkong beku yang siao diekspor. Kemenperin mencatat, ekspor produk singkong beku (HS 071410) di tahun 2020 sebanyak 16.529 ton dengan nilai mencapai US$9,7 juta,atau mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai US$4,1 juta.suaratani.om-ist


SuaraTani.com – Jakarta| Singkong (Manihot utilissima atau Manihot esculenta crantz) merupakan pangan lokal alternatif penghasil karbohidrat selain beras dan jagung. Potensi singkong yang melimpah dan mudah diperoleh menjadikan singkong sebagai bahan pangan yang digemari oleh semua kalangan masyarakat. Beberapa provinsi penghasil utama singkong di Indonesia antara lain Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Plt. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita menyampaikan, singkong dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan dan berpotensi besar untuk dikembangkan di pasar global. 

“Singkong juga telah merambah pasar dunia, produk olahan singkong digemari di banyak negara Eropa dan Amerika sebagai panganan dan camilan premium,” ujarnya di Jakarta, Jumat (22/10/2021).

Merujuk data Trademap, pada tahun 2020,Indonesia telah mengekspor produk singkong beku (HS 071410)  sebanyak 16.529 ton dengan nilai mencapai US$9,7 juta,atau mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai US$4,1 juta.

“Secara nilai meningkat sebesar 135% (y-o-y). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa produk umbi Indonesia memiliki potensi besar di pasar global,” ungkap Reni.

Melihat potensi komoditas umbi lokal tersebut, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) terus mendukung pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) khususnya pengolahan komoditas umbi-umbian seperti singkong.

“Ditjen IKMA memfasilitasi program-program peningkatan daya saing bagi IKM olahan pangan agar dapat meningkatkan nilai tambah dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas,” imbuhnya.

Menurut Reni, saat ini pasar menginginkan produk berkualitas, praktis, higienis dan tentunya aman dikonsumsi. 

“Untuk memenuhi standar produk pangan di pasar global, Ditjen IKMA telah melakukan berbagai program salah satunya melalui memfasilitasi sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP),” ujarnya.


Pangan lokal mendunia

Beberapa waktu lalu, Reni mengunjungi salah satu IKM pangan binaan Ditjen IKMA yang menjadi peserta IFI tahun 2021 dan mendapatkan fasilitasi sertifikasi HACPP, yaitu CV Nusantara Jaya Food. 

CV Nusantara Jaya Food merupakan IKM pangan dengan produk unggulan singkong beku dan telah berhasil berinovasi dengan implementasi teknologi untuk mengoptimalisasi kesegaran singkong dan memperpanjang umur simpannya sehingga dapat memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor.Keunggulan singkong beku yang dihasilkan memiliki warna putih, tekstur lembut, dan ukuran seragam.

Saat ini, CV Nusantara Jaya Food memiliki kapasitas produksi singkong beku sebesar 30 ton per bulan dengan jumlah ekspor mencapai 27 ton per bulan, meningkat 100% dibandingkan sebelum menerapkan HACCP. Selain itu, pada tahun 2021, terdapat peningkatan pasar ekspor ke Curaçao, sebuah negara di Kepulauan Karibia, sebesar 52 ton per bulan.

Kemenperin memberikan apresiasi terhadap capaian yang telah diraih oleh CV. Nusantara Jaya Food dalam mengangkat produk lokal hingga bisa dikenal di pasar internasional, khususnya ke Belanda dan kedepannya akan ke Kepulauan Karibia. 

“Kami sangat mendukung berbagai inovasi produk makanan dan minuman oleh IKM yang dapat mengoptimalkan pemberdayaan bahan baku lokal dan memiliki kebaharuan manfaat untuk menghadapi tantangan pasar global,” tambahnya.

Ditjen IKMA Kemenperin akan terus mendukung serta mengapresiasi IKM pangan yang mau terus berinovasi dan mengangkat produk pangan lokal baik di pasar domestik maupun pasar internasional. *(jasmin)