Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dampak Pandemi Covid-19, Permintaan Terompet Turun Hingga 70%

Wak Uli saat mengerjakan pesanan terompet pelanggannya di rumahnya.suaratani.com-rag


SuaraTani.com – Medan| Pandemi Covid-19  memberikan dampak bagi pelaku usaha, termasuk pengrajin terompet yang biasanya panen permintaan menjelang pergantian akhir tahun. Sebab, imbauan untuk melakukan aktivitas di rumah saja jelang tahun baru saat ini menurunkan omset penjualan. 

Seperti yang dirasakan Rusli atau yang kerap disapa Wak Uli. Pengrajin terompet sejak 1997 ini merasakan dampaknya berkurang permintaan hingga turun 70%. 

Wak Uli menyebutkan, sebelum pandemi, orderan sudah masuk jauh sebelum pergantian tahun. Pesanan mulai 12 ribu sampai 15 ribu terompet yang harus dibuat. Mulai pengerjaan saja sudah sejak September.

“Tapi tiga tahun belakangan ini permintaan terus turun. Bahkan tahun ini mengerjakan pembuatan terompet dilakukan pada Desember lantaran ada pesanan mendadak. Kalau tahun lalu sama sekali gak ada buat terompet. Gak ada yang pesan," kata Wak Uli saat ditemui di Kediamannya Jalan Pelajaran Timur Medan, Kamis (30/12/2021). 

Wak Uli bilang, permintaan ribuan terompet waktu itu  dengan motif naga, sepeda, dan bergambar lainnya. Namun tahun ini hanya 3.000 pesanan. 

"Tahun ini rencananya gak buat, akibat corona juga. Namun ada masuk 3.000 pesanan. Jadi baru sekitar 1.500 yang dikirim. Sedangkan untuk yang bermotif hanya sekitar 400 saja. Semua pesanan itu dari Tapsel, Kota Pinang, ke Merbau dan Medan sekitarnya. Dan, tahun ini dari Kabanjahe gak ada pesan," sebutnya. 

Untuk bahan baku dikatakan Wak Uli ada kendala lantaran pesanan yang dadakan, tentunya harga jadi mahal. Sebab ia tidak memiliki stok bahan baku ataupun stok terompet. Namun syukurnya baham baku masih tersedia di wilayah Medan tak perlu belanja ke luar kota. 

"Harga juga masih seperti biasa untuk pelanggan kita. Tidak ada perubahan. Kalau terompet yang biasa itu mereka jual Rp4.000-Rp5.000 dipasaran sedangkan terompet yang bermotif itu seperti bentuk naga sekitar Rp20.000 an dijual di pasar. Lalu, untuk bentuk sepeda dijual Rp25.000," ucapnya yang mengerjakan pesanan dibantu oleh dua putrinya. 

Wak Uli yang sehari-harinya berladang di sekitar rumahnya berharap tahun depan permintaan terompet bisa kembali seperti biasanya. Sebab permintaan terompet miliknya bisa sampai ke Aceh dan Kepulauan Riau. 

"Kalau sudah ramai permintaan anggota saya ya anak-anak dan menantu saja. Seperti inilah saya yang membuat kerangka terompet lalu anak-anak dan menantu yang menghias seperti membalut terompet dengan kertas warna dan hiasan lainnya," tutupnya. *(rag)