Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Harga CPO Diprediksi Bertahan Mahal Hingga Pertengahan 2022

Para pembicara dan penanggap saat mengisi Focus Group Discussion yang digelar Bank Indonesia secara daring, Rabu (1/12/2021).suaratani.com-ist 


SuaraTani.com – Medan| Pemerintah didorong untuk menyiapkan langkah antisipasi kenaikan harga minyak goreng sebagai dampak masih tingginya harga Crude Palm Oil (CPO) yang mencapai di atas US$1.000 per ton. 

Di satu sisi, harga CPO yang bertahan mahal ini tentunya memberi keuntungan bagi petani sawit yang bisa menikmati harga Rp3.000 per kilogram untuk Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang dihasilkan. Harga yang tinggi ini sebelumnya tidak pernah dinikmati petani sawit di Indonesia. 

“Tetapi kondisi ini semacam buah simalakama, karena mahalnya harga TBS dan CPO akan terus mendongkrak naiknya harga minyak goreng yang saat ini sudah mulai berlangsung,”  ujar Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Bernard A Riedo saat menjadi penanggap  di kegiatan Focus Group Discussion (FGD) terbatas yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) secara daring, Rabu (1/12/2021). 

Bernard memprediksi produksi TBS yang turun di akhir tahun ini diyakini akan mendorong harga TBS mau pun CPO tetap bertahan mahal hingga pertengahan 2022, sehingga perlu disiapkan kebijakan untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak goreng.  

“Karena jika harga minyak goreng naik, maka bisa memicu naiknya harga bahan pokok lainnya,” tandasnya. 

Pada FGD yang menghadirkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo sebagai pembicara, Bernard menyebutkan jika pelaku industri di bidang minyak nabati sudah menyatakan komitmennya untuk menambah kapasitas produksi di tahun 2022. 

“Hal ini tentunya sejalan dengan permintaan Presiden Jokowi untuk memperbanyak produk turunan sehingga menambah nilai lebih,” pungkasnya. *(ika)