Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Industri Pertanian akan Jadi Primadona Bursa Saham

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Prof. Muhammad Firdaus, Pengamat ekonomi dari Celios - Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira dan Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB, Dr. Sahara, S.P, M.Si, berfoto bersama, sesaat sebelum diskusi Potensi Industri Pertanian di Pusaran Pasar Modal, yang diselenggarakan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) secara daring, Kamis (2/12/2021) dimulai.suaratani.com-ist

SuaraTani.com -  Medan| Sektor pertanian di Indonesia diyakini akan menjadi primadona di masa depan dalam pasar modal. Hal ini didasarkan dengan potensi pertanian yang dimiliki Indonesia, dan terbukti mampu bertahan di tengah badai pandemi Covid-19. 

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Prof. Muhammad Firdaus mengatakan, ada banyak produk pertanian Indonesia yang sebenarnya memiliki potensi melantai di pasar modal. Tak hanya produk perkebunan semata, produk hortikultura, peternakan dan perikanan pun memiliki potensi untuk masuk ke bursa.

Untuk komoditas peternakan, potensi untuk pengembangan cukup besar mengingat impor terutama impor daging masih sangat tinggi. Padahal ketersediaan lahan sangat besar. Termasuk juga kebutuhan industri turunan dari produk peternakan yang cukup tinggi.

“Tetapi ini bisa diwujudkan jika kita sudah miliki ekosistem yang baik,” kata Firdaus dalam diskusi Potensi Industri Pertanian di Pusaran Pasar Modal, yang diselenggarakan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) secara daring, Kamis (2/12/2021). 

Pengamat ekonomi dari Celios - Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira menyebutkan, selama ini yang dilirik dari pasar modal hanya emiten pertanian yang bergerak di bidang CPO atau perkebunan kelapa sawit saja. Padahal, ada beberapa emiten pertanian lainnya yang memiliki potensi yang menjanjikan. Misalnya kopi dan coklat, yang kenaikan harganya sudah terlihat. 

“Jadi semakin ekonomi mengalami normalisasi pasca pandemi yah, mau gak mau orang akan terbiasa minum kopi di dalam rumah atau pun di kafe. Dan ini salah satu booming komoditas yang butuh support, baik teknologinya mau pun yang berkaitan dengan masalah pupuk,” sebut Bima. 

Selain yang berkaitan dengan makanan dan minuman, komoditas pertanian yang berkaitan dengan alternatif energi menurut Bima akan cocok masuk bursa, selambat-lambatnya di tahun 2022-2023 ke depan. 

“Kalau dekade 90-an ditandai dengan banyaknya perusahaan finansial, kemudian pasca reformasi beberapa konglomerasi industrI pengolahan masuk ke bursa, nah sekarang ini ada dua, yang pertanian dan startup digital yang berkaitan dengan petani,” sebutnya. 

Bhima menambahkan, di masa mendatang, sektor yang menarik untuk dikembangkan ada 3, yakni agritech, healthtech dan edutech, dan akan mendatangkan pemodal.

“Nah yang jadi pertanyaan, siap gak agritech di Indonesia kalau dikasih modal US$1 miliar, ditengah persoalan regenerasi petani yang belum berjalan baik, sehingga bagaimana caranya teknologi canggih yang disiapkan bisa diterima petani yang non produktif, termasuk akses internet yang masih terbatas,” tambahnya. 

Sebelumnya, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB, Dr. Sahara, S.P, M.Si, saat membuka diskusi mengatakan, industri pertanian merupakan salah satu sektor kunci untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional, terutama untuk mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan nasional, dalam menghadapi ancaman krisis global. Terlepas dari berbagai tantangan dan kondisi ekonomi, termasuk pandemi Covid-19, industri pertanian terbukti mampu bertahan dan terus tumbuh positif.*(ika)