SuaraTani.com – Medan| Pelaku pasar keuangan di Indonesia tampaknya mulai beradaptasi dengan penyebaran omicron yang kian masif belakangan ini, sehingga menjadi masalah bagi banyak negara dalam mengendalikannya. Akan tetapi kabar dari Amerika Serikat menyebutkan tidak akan ada lockdown seiring dengan merebaknya Covid 19 varian Omicron.
Hal tersebut menurut analis keuangan Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin sedikit memberikan harapan bahwa sekalipun penyebaran Omicron sangat mengkhawatirkan, namun kabar kematian akibat Omicron dinilai masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan varian Delta.
“Hal ini sedikit memberi rasa nyaman bagi pelaku pasar, walaupun tidak bisa diabaikan kalau varian Omicron ini belum sepenuhnya diklaim sebagai varian yang lebih ringan oleh otoritas tertentu khususnya WHO,” ujar Gunawan Benjamin di Medan, Rabu (22/12/2021).
Seiring dengan perkembangan kabar tersebut, kata Gunawan, pelaku pasar mulai menjadikan sejumlah sentimen ekonomi menjadi arah penggerak pasar. Hal ini membuat indeks bursa global yang di awal pekan banyak yang terpuruk, tetapi pada hari Selasa mulai menunjukan adanya pemulihan, tanpa terkecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meskipun kenaikan ataupun penurunan IHSG tidak selalu selaras besarannya dengan sejumlah acuan indeks bursa di beberapa negara Asia.
“Pada hari ini, IHSG mengalami koreksi, meskipun di sisi lain mata uang Rupiah mengalami penguatan yang signifikan. Penguatan mata uang Rupiah yang terjadi sejak Selasa kemarin hingga hari ini tidak terlepas dari optimism pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal ke 4 2021,” katanya.
Gunawan mengatakan, pernyataan menteri keuangan yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi nasional yang akan tetap di atas 5% di kuartal IV menjadi sentimen positif di tanah air. Bukan hanya itu, optimisme pemerintah tersebut sepertinya dibarengi dengan upaya menjaga momen Natal dan Tahun Baru ini menjadi sebuah momen untuk mendongkrak kinerja ekonomi.
“Yang bisa saja diterjemahkan bahwa pemerintah tidak akan memberlakukan pengetatan layaknya upaya yang dilakukan sebelumnya. Berbeda dengan Rupiah, IHSG cenderung bergerak sideways dua hari terakhir setelah sempat melemah di awal pekan. IHSG layaknya bursa lainnya, bergerak dengan lebih melihat resiko Omicron yang bisa saja kian buruk nantinya,” jelasnya.
IHSG pada perdagangan Rabu (22/12/2021) ditutup melemah di level 6.529,59 atau turun 0.38%, sementara itu mata uang Rupiah diperdagangkan menguat di level 14.285 per US Dolar. Fokus pelaku pasar akan tetap tertuju pada perkembangan Omicron baik nasional maupun global. Sementara itu menjelang Natal ini memang minim data yang akan dirilis, sehingga bisa dikatakan sentimen pasar sangat minim. *(ika)