SuaraTani.com – Medan| Pasar keuangan pada pekan ini diyakini tidak akan banyak diwarnai banyak sentimen. Satu-satunya sentiment yang paling ditunggu pelaku pasar adalah rilis data NBS Manufacturing PMI di China. Itupun baru akan dirilis pada tanggal 31 Desember mendatang.
Sehingga, pekan ini pelaku pasar akan melihat perkembangan kinerja indeks bursa negara lains ebagai tolak ukurnya. Dan perkembangan terkait Covid 19 di banyak negara akan menjadi fokus perhatian selanjutnya.
“Minimnya sentimen hingga perayaan tahun baru nanti, juga akan diikuti oleh minimnya pelaku pasar yang terlibat seiring dengan liburan panjang akhir tahun,” ujar analis keuangan Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin di Medan, Senin (27/12/2021.
Untuk sentimen dari dalam negeri menurut Gunawan juga belum ada yang akan mempengaruhi kinerja pasar keuangan. Baik IHSG dan Rupiah berpeluang untk bergerak sideways. Dan faktor eksternal akan lebih banyak mempengaruhi pasar nantinya. Jadi tidak ada penggerak pasar yang signifikan selama sepekan kedepan.
“Kalaupun pelaku pasar melihat perkembangan kasus covid C9 di tanah air, saya yakin belum akan ada rilis data yang menunjukan adanya potensi ancaman kenaikan jumlah kasus yang signifikan dalam sepekan kedepan. Jadi semuanya akan relatrif aman dan bergerak sideways,” terangnya.
Hanya saja lanjutnya, terkadang pergerakan IHSG bisa saja melompat atau turun secara tiba-tiba. Hal ini tidak terlepas dari ekspektasi terkait potensi ataupun resiko yang mungkin akan terjadi di tahun mendatang. Tetapi dengan potensi adanya penyebaran covid 19 varian Omicron, sepekan kedepan ini pasar keuangan akan lebih banyak diam dan cenderung bergerak mendatar.
Untuk mata uang Rupiah juga demikian. Selama sepekan terakhir Rupiah sempat mengalami penguatan. Pekan ini sepertinya pergerakan Rupiah akan berada dalam rentang yang sempit.
“Saya melihat Rupiah berpotensi untuk bergerak dalam rentang 14.130 hingga 14.270 per US Dolarnya. Fluktuasi Rupiah akan lebih banyak dipengaruhi oleh kinerja mata uang US Dolar terhadap mata uang hard currency lainnya,” pungkasnya. *(ika)