Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Produksi Berlimpah, Harga Benih Bawang Merah di Petani Penangkar Anjlok

Petani penangkar bawang merah, Rudi Tarigan di stan Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun pada acara Festival Buah dan Benih di areal Unit Pelaksana Teknis (UPT) Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka Asam Kumbang, Medan, Sabtu (4/12/2021). suaratani.com - junita sianturi

SuaraTani.com – Medan| Saat ini pasaran benih bawang merah di tingkat petani penangkar di Sumatera Utara (Sumut) anjlok. Harga benih bawang merah hanya berkisar Rp25.000 per kilogram (Kg). 

“Harga benih bawang merah ini anjlok karena  harga bawang merah konsumsi juga anjlok. Saat ini harga bawang merah konsumsi hanya berkisar Rp7.000 – Rp10.000 per kg di tingkat petani,” kata petani penangkar bawang merah, Rudi Tarigan saat ditemui di stan Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun pada acara Festival Buah dan Benih di areal Unit Pelaksana Teknis (UPT) Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka Asam Kumbang, Medan, Sabtu (4/12/2021).

Menurut petani penangkar bawang merah di Desa Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun ini, anjloknya harga benih bawang merah maupun bawang merah konsumsi disebabkan panen  dimana-mana, mulai dari Jawa seperti di Brebes, dan provinsi lainnya yang menjadi penghasil bawang merah termasuk di sejumlah kabupaten/kota di Sumut. 

Bantuan benih bawang merah yang digelontorkan pemerintah merupakan salah satu dampak terbesar dari penurunan harga bawang merah ini. Banyak petani bawang yang bermunculan yang tadinya tidak menanam bawang, menjadi menanam bawang merah. 

“Dan, itu ditambah lagi dengan pendistribusian benih bantuan dilakukan hampir bersamaan, akibatnya panen pun hampir merata atau serentak dilakukan, karena menanamnya juga serentak, menunggu bantuan benih turun,” katanya. 

Dengan munculnya petani-petani baru bawang merah, maka produksi bawang merah di Sumut pun menjadi berlimpah. 

“Kalau produksi banyak, otomatis harga pun akan turun. Ya, seperti sekarang inilah. Harga baik benih maupun bawang konsumsi sejak bulan September lalu sudah turun. Namun, paling parah bulan November lalu, harga bawang konsumsi mencapai Rp7.000 per kg atau tergantug kualitasnya,” kata Rudi.

Padahal, sebelumnya lanjut Rudi, harga bawang merah konsumsi berkisar antara Rp15.000-Rp16.000 per kg. Sedangkan harga benih bawang merah mencapai Rp35.000 per kg di tingkat petani penangkar.   

Rudi mengatakan, saat ini dirinya sedang melakukan penangkaran benih bawang merah seluas setengah hektare dan siap panen. Namun, rencananya pada bulan Desember ini akan menanam benih bawang merah seluas satu  hektare. Saat ini sedang pengolahan lahan. 

Dalam kesempatan itu, Rudi juga menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi sebagai penangkar bawang merah dalam pengadaan benih bawang merah di tingkat pemerintah.

“Pengadaan benih yang kami ajukan ke Dinas Pertanian baik provinsi maupun kabupaten/kota di Sumut, adalah tidak tepat waktu antara masa dormansi benih dengan realisasi pengadaan benih,” jelasnya. 

Standarnya, kata Rudi, 1,5 bulan atau 45 hari masa penyimpanan bawang merah di gudang seharusnya sudah didistribusikan. Sementara kerjasama dengan dinas-dinas ini jadwalnya tidak pasti. 

“Kalau kita tunggu jadwal pengadaan dengan masa dormansi bawang merah kita, penangkar rugi. Benih busuk dan susutnya semakin tinggi sehingga harga tidak sesuai lagi dengan harga penawaran. Itulah kendala paling berat yang kami hadapi di lingkungan pemerintahan,” kata Rudi. 

Bahkan, akibat ketidaksesuaian waktu dalam pengadaan benih di pemerintahan, mereka sebagai penangkar bawang sering tidak kebagian untuk mengisi kegiatan pengadaan benih bawang merah di lingkungan dinas terkait.

“Kami lebih sering menjual langsung ke petani di berbagai kabupaten/kota di Sumut seperti Deliserdang, Medan, Karo, Sergai, Batu Bara, ditambah Aceh,” terangnya.

Tetapi, untuk Kabupaten Simalungun mulai tahun 2016 sampai 2020, pengadaan benih bawang merah selalu dari petani penangkar lokal, termasuk dirinya.

“Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumut yang belum bisa masuk. Jadwal pengadaan dengan produksi tidak sesuai. Itulah masalah buat kami,” tutupnya. * (junita sianturi)