SuaraTani.com – Medan| Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memprediksi sektor pertanian masih akan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Sumut di triwulan IV tahun 2021.
“Hal ini dikarenakan hingga akhir tahun ini harga komoditi terutama komoditi perkebunan seperti CPO, karet dan juga kopi masih bertahan mahal,” ujar Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumut, Soekowardojo saat Bincang Bareng Media yang digelar secara hybrid, Selasa (14/12/2021).
Tetapi untuk jangka panjang kata Soekowardojo, pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota harus mulai mempersiapkan sektor pertanian menghadapi ekonomi hijau (green economy), sehingga tetap bisa diterima negara-negara maju.
“Green economy ini nantinya akan mensyaratkan sejumlah hal, dari cara pengelolaan lahan pertanian hingga proses produksinya. Dan ini harus bisa dijawab, dan harus mulai disiapkan dari sekarang,” kata Soekowardojo.
Pada kesempatan yang sama Kepala Divisi Kelompok Perumusan KEKDA Provinsi Sumut, Agustinus Fajar Setiawan mengatakan, kontribusi positif yang ditunjukkan sektor pertanian juga tergambar dari data Nilai Tukar Petani (NTP) yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut pada November yang mencapai 125,7. Ini menunjukkan petani mengalami surplus.
“Tetapi yang perlu kita cermati, tingginya NTP itu merupakan hasil subsidi silang. Dimana NTP sektor perkebunan menjadi pendorong utama tingginya NTP,” kata Agustinus.
Karena itu kata Agustinus, pemerintah diminta untuk memberi perhatian untuk sektor pertanian diluar perkebunan terutama sektor pertanian yang berkaitan dengan kebutuhan pangan.
“Produksi padi kita secara nasional di tahun ini turun dibandingkan tahun lalu. Ini perlu kita cermati, karena nanti akan berkaitan dengan inflasi di tahun 2022,” kata Agustinus.
Sebelumnya, BPS menyebutkan perekonomian Sumut di triwulan III tumbuh sebesar 3,67%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan II tahun 2021 yang mencapai 4,95%. Dan perekonomian Sumut ini ditopang sektor pertanian. *(ika)