SuaraTani.com – Medan| Pasar keuangan sepekan kedepan akan banyak mendapatkan kabar dari sejumlah bank sentral, termasuk bank sentral paling berkuasa, yakni Bank sentral AS atau The FED.
Setidaknya ada 3 agenda yang menjadi fokus perhatian pasar, dimana The FED akan mengeluarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi, kebijakan besaran suku bunga acuan dan memberikan pernyataan di depan media atau press conference.
Analis pasar keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, pelaku pasar pada dasarnya sudah dapat memahami, bahwa kebijakan Bank Sentral AS tidak akan banyak berubah perihal beasaran suku bunga acuannya. Tetapi yang paling dinanti adalah bagaimana sikap The FED dalam melihat prospek ekonomi kedepan.
“Dari sana nanti pelaku pasar akan menarik kesimpulan, apakah nada pernyataannya bernuansa pengetatan keijakan moneter (hawkish) atau tetap memberlakukan kebijakan moneter longgar (Dovish),” ujar Gunawan di Medan, Senin (13/12/2021).
Namun data ekonomi di AS sejauh ini menurut Gunawan lebih akan menggiring nada yang hawkish atau cenderung memberlakukan kebijakan moneter ketat. Data tersebut yang paling ditakutkan bank sentral lainnya adalah kebijakan lanjutan yang bisa ditempuh The FED yakni pengurangan pada pembelian asset atau tapering, hingga menaikkan suku bunga acuan atau The FED Fund Rate.
Sejauh ini berkaca kepada realisasi, inflasi di AS menunjukan kalau The FED bisa saja melakukannya dalam waktu dekat. Walaupun sejauh ini The FED kerap menanti sinyalemen lainnya yakni data ketenaga kerjaaan AS. Artinya jika data ketenagakerjaan AS membaik, dan inflasi juga terus naik, maka menaikan bunga acuan dan tapering bisa dilakukan.
Dan pelaku pasar saat ini tengah menanti kapan kebijakan tersebut akan diambil, atau seberapa cepat kebijakan tersebut nantinya terealisasi. Jika pelaku pasar menilai The FED memiliki indikasi yang kuat akan memberlakukannya dengan segera, maka ini alamat kurang baik bagi pasar keuangan di Negara lainnya termasuk Indonesia. Mata uang di banyak Negara berpeluang melemah, termasuk indeks kinerja sahamnya. Tanpa terkecuali Rupiah dan IHSG.
“Saya melihat pekan ini pasar keuangan akan bergerak mixed, dengan kemungkinan berfluktuasi dalam rentang yang terbatas. Pasar baru akan bereaksi sehari setelah rapat The FED. Dengan satu catatan bahwa tidak ada kabar kejutan dari varian covid 19 Omicron. Karena omicron bisa membawa dua pesan sekaligus, yakni kabar yang bisa membuat pasar bergerak naik, dan sebaliknya justru turun,” terangnya.
Disisi lainnya, lanjut Gunawan, dari tanah air, BPS akan merilis data transaksi berjalan. Dimana baik ekspor maupun impor diperkirakan tetap tumbuh, walaupun sejauh ini pertumbuhannya justru diperkirakan lebih rendah dari realisasi sebelumnya.
Jadi pelaku pasar akan lebih mewaspadai data dari tanah air tersebut. Kalau faktor eksternal sepertinya tidak memberikan dampak besar bagi pasar keuangan domestik, tetapi data neraca dagang tersebut bisa sebaliknya.
Sementara, pelaku pasar tidak akan banyak dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia nantinya. Dimana BI sejauh ini diyakini masih akan tetap mempertahankan besaran bunga acuannya.
“Jadi setidaknya ada dua isu besar di pekan ini yang akan jadi pusat perhatian pasar, yakni terkait ekspektasi bagaimana kebijakan The FED kedepan, serta gambaran ekonomi nasional yang dicermikan dari neraca dagang,” pungkasnya. *(ika)