Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Makin Tak Terkendali, Harga Cabai Merah Tembus Rp100 Ribu Per Kilogram

Harga cabai merah semakin tidak terkontrol. Di hari ini harga cabai merah tembus Rp100 ribu per kg.suaratani.com-dok 

SuaraTani.com – Medan| Harga cabai merah di Kota Medan pada hari ini menembus angka Rp100 ribu per kilogram (kg). Meskipun harga cabai merah diperdagangkan beragam mulai dari Rp85 ribu hingga Rp100 ribu per kg, kenaikan harga cabai merah tersebut kian membenamkan daya beli masyarakat, yang paling parah masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang tinggal di wilayah perkotaan.

Pemerhati ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, faktor pemicu kenaikan harga cabai di wilayah Sumut tidak terlepas dari kenaikan harga cabai di wilayah Jawa yang sudah terlebih dahulu menembus angka Rp100 ribu per kg. Sehingga para agen atau pedagang besar berlomba lomba untuk membeli cabai merah dari banyak wilayah. Alhasil harga cabai di banyak wilayah terkerek naik mengikuti harga cabai di Pulau Jawa.

“Dari hasil kajian saya di lapangan, masyarakat menengah ke bawah dengan 4 orang anggota keluarga membutuhkan 1 kg cabai untuk memenuhi kebutuhan selama dua pekan. Kalau sebulan sekitar 2 Kg, dan rata rata harga cabai di bulan Mei adalah Rp31 ribuan per kg, maka ada potensi tambahan pengeluaran sekitar Rp140 ribu per bulan hanya untuk cabai saja,” ujar Gunawan di Medan, Senin (13/6/2022).

Dari hasil temuannya, Gunawan mengatakan, masyarakat ekonomi menengah ke bawah di perkotaan itu menghabiskan sekitar Rp30 ribu hingga Rp40 ribu per hari (tahun 2021) untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur, sambal dan lauk. Dil uar beras, listrik, pulsa, LPG, BBM, jajan anak-anak, rokok, sewa rumah, hingga cicilan. Dan yang menjadi persoalan adalah yang naik belakangan ini bukan hanya cabai merah saja.

Cabai rawit, cabai hijau, daging dan telur ayam, produk turunan kedelai seperti tahu dan tempe, sayur sayuran, ikan segar, tepung, rokok hingga bawang. 

“Dengan kenaikan harga tersebut, kebutuhan pengeluaran masyarakat menengah kebawah itu naik setidaknya Rp10 ribu per harinya. Artinya saat ini masyarakat menengah bawah butuh Rp40 ribu hingga Rp50 ribu per hari. Atau ada pengeluaran tambahan seitar 300 ribu per bulan,” katanya.

Di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit dihantam pandemi, lanjut Gunawan, bukan perkara gampang untuk mendapatkan Rp300 ribu itu. Jadi di tengah kenaikan harga kebutuhan hidup tersebut, pemerintah harus mengalokasikan dana yang lebih besar untuk bantuan sosial. Anggarannya harus naik dan lebih besar dari alokasi di tahun sebelumnya.

Kenaikan harga kebutuhan hidup ini lebih banyakk dipengaruhi oleh masalah perang, ketegangan geo politik di banyak Negara, ditutupnya ekspor bahan pangan oleh banyak Negara, kenaikan harga enerji maupun harga pangan dunia. Tetapi yang perlu dicamkan baik baik adalah bahwa kita tidak bisa main-main dengan urusan dapur. Jika garis kemiskinan Indonesia ditetapkan Rp486.168 per kapita per bulan.

Dan jika satu keluarga menengah ke bawah beranggotakan 4 orang memiliki penghasilan Rp2 juta per bulan. Maka sekitar Rp1.5 juta sudah habis untuk lauk pauk saja. Jadi garis kemiskinan yang ditetapkan BPS (September 2021) jelas sudah tidak relevan lagi. Banyak masyarakat yang masuk dalam garis kemiskinan dan terjebak dalam kemiskinan ekstrim.

“Pemerintah harus memprioritaskan penyelamatan masyarakat yang masuk dalam kemiskinan ekstrim tersebut. Dan masyarakat harus punya skala prioritas pengeluaran. Pengeluaran untuk pulsa, BBM, listrik harus ditekan (dihemat) lagi. Dan kalau bisa pengeluaran untuk rokok ditiadakan,” pungkasnya. *(ika)