Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ekspor 600.000 Kecambah Sawit ke India, PPKS Medan Jamin Petani Tidak Kekurangan Benih

Irjen Kementan, Jan Maringka (tengah) bersama rombongan melihat proses produksi benih atau kecambah kelapa sawit yang dilakukan PPKS Medan, Sabtu (17/9/2022). suaratani.com - junita sianturi

SuaraTani.com – Medan| Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Dr M Edwin Syahputra Lubis mengatakan, masalah utama petani sawit adalah penggunan benih yang tidak unggul. 

“Jadi, kami selalu berkolaborasi dengan jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memastikan dan memberikan edukasi kepada petani agar selalu menggunakan benih-benih ungul,” kata Edwin kepada wartawan, Sabtu (17/9/2022) di sela-sela kunjungan Irjen Kementan, Jan Samuel Maringka beserta rombongan ke Kantor PPKS Medan.

Edwin berharap, kerjasama serta kolaborasi yang sudah terjalin dengan baik ini dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik lagi dan tentunya mengharapkan saran-saran daripada Kementan dan Irjen dalam hal peningkatan pelayanan PPKS Medan kepada perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Dikatakan Edwin, saat ini pihaknya juga sudah menjalin kerjasama dengan Negara India dalam memasok benih atau kecambah kelapa sawit.

“Ekspor kecambah kelapa sawit sejauh ini masih ke India dan itu juga kita batasi, hanya sedikit kemudian potensi lahan di India juga tidak banyak. Jadi, lebih ke arah hubungan bilateral antar Negara,” jelasnya.

Untuk tahun ini, kata Edwin, kontrak ekspor kecambah kelapa sawit ke India mencapai 600.000 butir sampai dengan tahun 2023. Dengan 35 juta benih yang dihasilkan PPKS Medan setiap tahun dan diharapkan tahun 2023 sekitar 40 juta, ekspor yang dilakukan kurang lebih hanya sekitar satu persen.

General Manager PPKS Medan, Taufiq Caesar Hidayat menjelaskan (kanan) proses produksi benih atau kecambah kelapa sawit sebelum dipasarkan kepada Irjen Kementan, Jan Maringka bersama rombongan. suaratani.com - junita sianturi

Menanggapi ekspor kecambah kelapa sawit ke India, Irjen Kementan, Jan Maringka mengatakan, hingga saat ini sawit tetap menjadi komoditas primadona untuk ekspor.

Tentunya kita tidak dapat menamfikan bahwa ini adalah suatu kesempatan mempertahankan Indonesia sebagai sumber lumbung sawit dunia.

Karena itu, upaya itu (ekspor) dilakukan tidak hanya di produksi saja, konteks peremajaan juga harus dilakukan.

“Kita melihat bahwa tanaman sawit ini memiliki durasi masa kerjanya, antara lain 25 tahun. Karena itu, kita secara berkesinambungan melakukan peremajaan. Dan, ini tidak bisa dilakukan secara serentak tetapi harus dilakukan secara berkala,” terangnya.

Karena itu, apa yang dilakukan PPKS Medan ini kata Irjen Jan Maringka, dalam bentuk dukungan nyata menyediakan bibit-bibit yang berkualitas sehingga program-program peremajaan sawit ini bisa dapat terus berjalan secara berksinambungan.

Sementara itu, General Manager PPKS Medan, Taufiq Caesar Hidayat mengatakan, ekspor benih ke India sama sekali tidak mengurangi serapan atau jatah dalam negeri.

“Kuota ekspor kita rendah sekali, di bawah dua persen. Jadi, 98 persennya di dalam negeri,” terangnya.

Untuk ekspor, kata dia, sejauh ini masih memenuhi pasar India saja. 

“Dan secara administrasi, ekspor benih kelapa sawit ini mendapat dukungan perizinan dari Kementan, Perindag, dan Karantina. Mereka sangat membanu proses ekspor benih sawit ini,” kata dia.

Kepala Balai Karantina Pertanian Kualanamu Lenny Hartati Harahap yang turut mendampingi Irjen Kementan, menjelaskan bahwa Karantina sangat mendukung ekspor yang dilakukan PPKS Medan.

“Kita menjamin proses dari awal sampai akhir sehingga ekspor benih sawit benar-benar bebas dari hama penyakit sehingga bisa disertifikasi,” kata Lenny.

Hama dan penyakit yang dihindari dari ekspor benih sawit ini menurut Lenny, yakni cendawan dan virus. 

“Jadi kalau ada kita temukan cendawan pada benih, Karantina Pertanian akan memberikan perlakuan yaitu perendaman, sehingga bebas dari cendawan,” tutup Lenny. * (junita sianturi)