Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dibayangi Resesi Global, Harga Pangan Sampai Nataru Diperkirakan Melandai

Seorang petani memanen pohon cabai miliknya di Desa Ramunia Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang. Hingga jelang perayaan Natal dan Tahun Baru diprediksi tetap akan melandai.suaratani.com-ika

SuaraTani.com – Medan| Gangguan rantai pasok sejak operasi militer rusia ke Ukraina mengakibatkan penurunan pasokan yang memicu kenaikan harga. 

Hal tersebut menjadi pemicu lompatan inflasi yang berujung pada muncuknya ancaman resesi di beberapa negara, tanpa terkecuali Indonesia.

Meskipun terlihat lebih kokoh dalam menghadapi lompatan kenaikan harga kebutuhan hidup, dan tetap mampu merealisasikan pertumbuhan positif, namun, ancaman PHK sudah mulai terlihat di tanah air. 

Fenomena karyawan dirumahkan sudah terjadi khususnya bagi karyawan kontrak, tanpa terkecuali di wilayah Sumatera Utara (Sumut). 

Dampak rentetan dari gejolak ekonomi global itu akan berimbas pada penurunan belanja rumah tangga masyarakat, yang sejauh ini masih mampu mempertahankan daya belinya, yang sebagian karena suntikan bantuan sosial.

Pemerhati ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun ini, daya beli masyarakat Sumut masih relatif terjaga, sekalipun daya belinya cukup terusik dengan kenaikan laju inflasi, ditambah dengan kekuatiran kondisi ekonomi kedepan akibat resesi yang terjadi di banyak negara. 

Jika mengacu kepada inflasi di desember 2021 dan 2022 sebesar 0.57% dan 0.26%, maka besaran inflasi selama Nataru tahun ini juga tidak akan jauh berbeda dengan posisi tahun 2020. 

“Memang sejumlah harga kebutuhan pangan berpeluang naik selama Nataru nanti, tetapi saya melihat itu lebih dikarenakan pasokan komoditas pangan yang sudah berkurang setelah musim panen raya dilewati. Seperti tanaman cabai yang sudah melewati harga terendahnya, dan berpeluang untuk berbalik di bulan Desember,” kata Gunawan di Medan, Senin (28/11/2022).

Tetapi untuk belanja masyarakat sendiri, Gunawan menilai akan menurun dibandingkan waktu yang sama sebelum pandemi. 

Demand atau permintaan memang tetap berpeluang naik di bulan Desember 2022, tetapi lompatan konsumsi tidak akan terjadi. Dari beberapa survei yang dilakukan, masyarakat di Sumut cenderung untuk tidak melakukan banyak aktifitas belanja (wisata) selama Nataru nanti.

“Walaupun sejauh ini bukan berarti mereka tidak ikut merayakan Nataru, tetapi ada kecenderungan Nataru dirayakan di rumah atau tujuan wisata di dalam kota atau provinsi. Jadi kalau berbicara harga pangan, saya menilai tepung, cabai, telur ayam, ikan, daging sapi/ayam, buah buahan, makanan dan minuman jadi masih berpeluang untuk naik. Untuk beberapa kebutuhan lainnya seperti sandang saya pikir masih akan relatif terjaga harganya,” ucapnya.

Gunawan memperkirakan, selama cuaca bersahabat, gangguan harga kebutuhan pangan tidak akan terjadi dan inflasi akan tetap terkendali, dengan harapan TPID juga tidak terlalu berupaya untuk mengintervensi (pengendalian) harga jelang Nataru nanti. 

“Cukup lakukan pemantauan dan pengawasan. Hal ini untuk melihat bagaimana tren perubahan harga serta belanja masyarakat yang tercermin dari realisasi inflasi selama Nataru nantinya,” pungkasnya. *(ika)