Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sejak 2018, Mitra CSL Tingkatkan Kapasitas 3.735 Petani Mandiri di Sumut dan Aceh

Plt. Asisten Administrasi Umum Provinsi Sumatera Utara, Zulkifli, membuka Pertemuan Tahunan Jejaring Koalisi untuk Kehidupan Sejahtera yang Berkelanjutan yang digelar CSL 21-22 Februari 2023 di Four Point Hotel.suaratani.com-CSL

SuaraTani.com – Medan| Jejaring Koalisi untuk Kehidupan Sejahtera yang Berkelanjutan (Coalition for Sustainable Livelihoods/CSL) untuk ketiga kalinya berkumpul guna mempererat kolaborasi. 

Agenda tahunan yang digelar di Hotel Four Point Selasa-Rabu (21-22/2023) ini terselenggara atas dukungan Pemerintah Sumatera Utara (Sumut), Pemerintah Aceh, dan Konservasi Indonesia sebagai salah satu jejaring CSL. 

Dimulai sejak tahun 2018, CSL menjadi wadah bagi pemerintah, sektor swasta, petani, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat untuk mencapai tujuan bersama melalui pendekatan bentang alam. 

Bekerja di Aceh dan Sumatera Utara, koalisi ini bertujuan untuk mendukung visi pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada pilar konservasi, restorasi, tata kelola, dan produksi berkelanjutan.

Senior Program Director Konservasi Indonesia, Fitri Hasibuan, menyampaikan, meskipun agenda tahunan sempat tertunda selama 3 tahun karena pandemi, para mitra CSL tetap berkontribusi terhadap pencapaian pembangunan berkelanjutan di Aceh dan Sumut. 

“Hingga tahun 2022, mitra CSL telah berdampak terhadap peningkatan kapasitas 3.735 petani mandiri dan peningkatan hasil produksi komoditas sebesar 15-30%,” tambah Fitri Hasibuan. 

Tak hanya itu, ungkapnya, melalui kolaborasi para pihak, mitra CSL telah mendukung upaya pemulihan ekosistem hingga seluas 3.159 hektare, baik di Kabupaten Aceh Tamiang maupun Kabupaten Tapanuli Selatan yang menjadi pilot kegiatan mitra CSL. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tapsel, Ongku Muda Atas Sormin,  mengatakan, pihaknya telah mendampingi setidaknya 1.013 petani sawit mandiri yang diantaranya diarahkan untuk memperoleh sertifikasi RSPO. 

Selain itu, kelompok masyarakat juga telah menerima izin perhutanan sosial Hutan Kemasyarakatan seluas 159 hektare. 

“Tentu kami berterima kasih atas kolaborasi yang dilakukan bersama para mitra, yaitu Konservasi Indonesia dan Unilever,” paparnya. 

Pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan juga ditegaskan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.  

Asisten Pembangunan dan Ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang, Catur Hayati, mengatakan, untuk memperkuat kolaborasi para pihak, Pemerintah Aceh Tamiang membentuk Pusat Unggulan Perkebunan Lestari dengan dukungan dari Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) dan Forum Konservasi Leuser (FKL). 

“Forum multi pihak ini menjadi wadah bagi para pihak untuk berkontribusi dan berinvestasi pada sektor perkebunan berkelanjutan sekaligus sebagai pusat data perkebunan di Aceh Tamiang,” ungkapnya. 

Sebagai salah satu anggota CSL dari sektor swasta, Musim Mas aktif terlibat dalam pendampingan petani kelapa sawit mandiri di Kabupaten Aceh Tamiang.

Direktur Sustainability Musim Mas, Olivier Tichit, mengatakan, Musim Mas berkomitmen mendukung Aceh sebagai lanskap prioritas, meskipun ini adalah area dengan rantai pasok yang cukup kecil bagi perusahaan. 

Pemerintah, LSM, sektor swasta, dan masyarakat memiliki peran dalam pengelolaan lanskap, dan kolaborasi adalah kunci untuk membangun solusi dalam mempercepat investasi berkelanjutan. 

"Ini adalah cara kami berkolaborasi dan memastikan investasi berkelanjutan untuk mendukung tujuan pemerintah bersama-sama,” kata Olivier. 

Selain pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta, dalam pertemuan ini juga turut hadir para petani dari kedua kabupaten yang berbagi cerita dari tingkat tapak.

Ketua Kelompok Tani Karya Bersama Aceh Tamiang, Ngatimin bercerita kalau ia sebelumnya adalah perambah hutan. Namun, banjir bandang yang terjadi di tahun 2006 menjadi pelajaran baginya.

“Saat ini, kami berusaha melestarikan hutan lagi,” ujar Ngatimin. 

Ngatimin telah memanfaatkan kegiatan agroforestri untuk melalukan pemulihan Kawasan Ekosistem Leuser. 

Bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tamiang, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah III Aceh, dan Forum Konservasi Leuser,  Ngatimin dan petani agoroforestri di Desa Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang menjaga kelestarian hutan sekaligus menerima manfaat ekonomi.   

Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Saroha, Erdi Hutabarat.

Tahun lalu, melalui CSL, ia bersama 20 pemangku kepentingan dari Tapanuli Selatan berkunjung ke Kabupaten Aceh Tamiang untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. 

“Kami, masyarakat Rianiate, Tapanuli Selatan, mayoritas adalah petani sawit. Wilayah kami sebagian besar adalah hutan. Jadi, para petani memiliki lahan yang terbatas untuk dikelola. Melalui izin perhutanan sosial seluas 159 hektare, saya bersama 67 anggota KTH Saroha lainnya akhirnya mendapatkan lahan untuk ditanami bibit-bibit buah unggul,” tambah Erdi Hutabarat.

Ke depannya, CSL bermaksud untuk mereplikasi upaya konservasi, produksi berkelanjutan, dan tata kelola yang telah dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang dan Tapanuli Selatan ke kabupaten lainnya. 

CSL Manager, Rio Supriyatno, mengatakan, kedepannya CSL bermaksud untuk mereplikasi upaya konservasi, produksi berkelanjutan, dan tata kelola yang telah dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang dan Tapanuli Selatan ke kabupaten lainnya.  

“Sebagai wadah multi pihak, kami berharap dapat mengangkat keberhasilan masyarakat dan para mitra pendamping sehingga menjadi pembelajaran bagi pihak lainnya,” kata Rio. *(ika/ril)