Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bank di Amerika Serikat Alami Kebangkrutan, Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Menguat

Seorang warga menunjukkan uang kertas pecahan kecil. Pekan ini nilai tukar rupiah terus menguat.suaratani.com-dok

SuaraTani.com – Medan| Penguatan kinerja mata uang rupiah memang terlihat sejak memasuki awal tahun 2023 ini. 

Rupiah di kuartal pertama sempat menguat di bawah 15.000 per dolar Amerika Serikat. Selama tahun 2022, rupiah sempat ditransaksikan dikisaran harga 14.240 per dolar Amerika Serikat kuartal I 2022) dan sempat melemah mendekati 15.800 per dolar Amerika Serikat di bulan Desember kemarin.

Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, pelemahan rupiah sepanjang tahun 2022 tidak terlepas dari kebijakan moneter ketat yang diambil oleh Bank Sentral AS atau The FED. 

Dimana The FED menaikkan bunga acuan dari semula yang nyaris 0%, menjadi 5% dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Dan terakhir The FED Fund Rate dinaikkan adalah pada bulan Maret kemarin, yang dibarengi dengan krisis sejumlah perbankan di AS.

Kalau melihat tren kinerja mata uang rupiah, penguatannya itu terjadi setelah kabar kebangkrutan perbankan di AS pada tanggal 10 Maret yang lalu, dmana pada tanggal 10 Maret rupiah sempat ditransaksikan dikisaran level 15.500 per dolar Amerika Serikat. 

“Setelah itu, rupiah terus melanjutkan tren penguatan hingga hari ini. Dimana rupiah ditransaksikan di kisaran level 14.720 per dolar Amerika Serikat,” kata Gunawan Benjamin di Medan, Kamis (14/4/2023).

Penguatan rupiah ini dikatakan Gunawan dibarengi dengan ekspektasi dimana Bank Sentral AS diperkirakan tidak akan agresif menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi. 

Hal ini lebih dikarenakan bahwa sektor perbankan AS mengalami kebangkrutan akibat kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan The FED dalam setahun terakhir.

Meskipun pada dasarnya tantangan yang dihadapi Bank Sentral AS masih pada inflasi, namun disisi lain menjaga pertumbuhan ekonomi ditambah menjaga stabilitas sistem keuangan membuat ekspektasi kenaikan suku bunga masih tetap terdengar. 

“Sejauh ini saya tidak melihat bahwa The FED benar-benar akan berhenti menaikkan suku bunga atau setidaknya menaikkan suku bunga acuan sekali lagi. Karena pada dasarnya target pengendalian inflasi di AS masih jauh dari harapan.imana targetnya 2% namun secara YoY pada Maret kemarin inflasi mereka masih berada di 5%,” katanya. 

Sementara itu, krisis perbankan AS diperkirakan masih akan berlanjut. Dan AS sendiri juga akan menghadapi tantangan berat, dimana resesi ekonomi diperkirakan akan menghantam ekonomi AS di tahun ini. Bagi rupiah ini tentunya sebuah keuntungan untuk melanjutkan tren penguatan. 

Meskipun posisi rupiah saat ini sudah sangat kuat terhadap US Dolar, akan tetapi Gunawan menilai bukan tidak mungkin rupiah akan mencoba mendekati level 14.500 dalam jangka pendek. 

Sejauh ini ekspektasi mengenai kemugkinan kenaikan bunga acuan The FED yang meredup menjadi salah satu katalis bagi penguatan rupiah kedepan.

Namun upaya untuk menarik devisa yang terparkir di negara lain harus tetap berjalan yang dibarengi dengan kebijakan makro prudensial lainnya. 

“Kita belum bisa sepenuhnya berpijak pada kemungkinan bahwa Bank Sentral AS benar benar telah berhenti menaikkan bunga acuan. Masih ada banyak ketidakpastian yang bisa merubah arah kebijakan dari sisi moneter maupun fiskal kedepan. Dan kita tetap harus berhati hati,” pungkasnya. *(ika)