.jpeg)
SuaraTani.com – Medan| Tepung kelor hasil produksi PT Keloria Moringa Jaya mampu menembus pasar Australia.
Volume ekspor produk daun kelor yang diekspor dalam bentuk teh dan suplemen makanan sudah mencapai 500 kilogram (kg) per bulan.
Pemilik PT Keloria Moringa Jaya, Syahrani Devi, bercerira, produksi tepung kelor diimulai tahun 2018 dengan menyasar pasar lokal.
“Produksi hanya 5 kg per bulan. Sekarang, pasar kami menembus Australia dengan produksi tepung kelor mencapai 500 kg per bulan,” kata Syahrani Devi, didampingi suaminya Fachrul Rozi Lubis, saat berbincang dengan wartawan, Minggu (16/4/2023).
Fachrul Rozi menyebutkan, meski masih UMKM, namun sampel kelor produk dari perusahaan yang berlokasi di Jalan M Basyir No 19 Medan Johor, Kota Medan ini, telah mendapat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dalam proses pendinginan kering daun kelor.
“Kami punya teknik pendinginan kering. Di mana, daun kelor dikeringkan di ruangan pada suhu tertentu, sehingga aroma dan kandungannya tetap terjaga dengan baik,” kata Fachrul Rozi Lubis.
Produksi kelor yang suplemen makanan yang diakui dunia kesehatan –karena mengandung 92 jenis nutrisi, terutama zat besi, protein, kalsium, dan seterusnya ini– merambah pasar Australia setelah pihaknya bertemu pengusaha herbal asal Australia dalam sebuah pameran yang digelar Pemko Medan tahun lalu.
Sejak pameran itu, sampel produk mereka sudah dibawa pengusaha asal Jerman, Belanda, dan Jepang. Bahkan pengusaha Jerman sudah menjajaki pesanan tepung kelor mencapai 100 ton per bulan. Sayang, kapasitas produksi PT Keloria Moringa Jaya belum memadai untuk memenuhi pesanan mereka.
“Sekarang budidaya kelor petani yang bekerjasama dengan kita masih sekitar 2 hektare. Cita-citanya sih kalau bisa menuju 10 hektare. Kami sudah menjajaki budidaya kelor dengan petani di Batubara,” sambung Syahrani.
Daun kelor basah dibeli dari petani seharga Rp3.000 per kg (termasuk ranting-rantingnya). Umumnya disuplai petani dari Bandarlabuhan di Tanjungmorawa, Deliserdang.
Setelah diproses sesuai SOP, harga jual bisa mencapai Rp400 ribu per kg dalam bentuk tepung, yang dikemas dalam bentuk teh dan suplemen makanan.
“Khasiat daun kelor sudah diakui dunia medis, baik nasional maupun internasional. Saya sendiri buktinya. Setelah mengonsumsi daun kelor sejak 2018, sakit kolesterol, migraine, dan syaraf di kepala, akhirnya sembuh,” tambahnya.
Bahkan, kelor telah dimanfaatkan Dinas Kesehatan Sumut untuk mengatasi stunting pada anak-anak. Caranya, tepung kelor dicampurkan ke kukis untuk diberi pada anak-anak stunting.
Saat ini, perusahaan yang mengekspor tepung kelor ke luar negeri, menurut Syahrani, masih PT Keloria Moringa Jaya saja. Tepung kelor yang mereka produksi pun telah lulus uji dari Karantina Pertanian Belawan.
“Perusahaan serupa baru ada di Jawa, NTT, dan NTB,” sambungnya.
Daun kelor asal Sumatera Utara, khususnya asal Tanah Deli (Deliserdang dan Batubara), dinilai memiliki kandungan nutrisi yang bagus. Sehingga, PT Keloria Moringa Jaya berminat menjalin kerjasama denga petani kelor di wilayah tersebut. *(junita sianturi)