Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sumut Dibayangi Deflasi di Bulan April

Pedagang menyiapkan pesanan pembeli. Di bulan April, Sumut dibayangi deflasi.suaratani.com-dok

SuaraTani.com – Medan| Pemerhati ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, hasil pemantauan 2 bulan terakhir menunjukkan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat mengalami penurunan. 

Padahal, ada momen bulan Ramadan dan Idulfitri yang biasanya diwarnai dengan kenaikan harga bahan pokok.

Harga cabai merah dan cabai rawit anjlok 27% di bulan april dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Disusul daging ayam anjlok 7%, minyak goreng curah anjlok 6.6%, dan bawang merah anjlok 5.6% Sementara itu harga daging sapi naik dikisaran 5.1% hingga 5.6%, telur ayam naik 1.8%, dan harga beras kualitas bawah naik sekitar 2.7% . 

“Akan tetapi untuk kenaikan harga beras saya menilai ini pengecualian. Karena kenaikan harga beras tersebut terjadi disaat pemerintah menaikkan HPP beras. Jadi bukan karena demand yang membaik.  Sementara untuk daging sapi dan telur ayam, ini hanya kenaikan sementara. Terlebih daging sapi yang harganya akan kembali kekisaran 120 hingga 130 ribu,” kata Gunawan Benjamin di Medan, Sabtu (29/5/2023).

Sementara itu, memang ada tren kenaikan harga tiket pesawat di bulan April ini. Pemicu utamanya adalah rata rata harga minyak dunia yang lebih mahal di bulan April dibandingkan dengan Maret. Secara keseluruhan Sumut masih dibayangi deflasi, meskipun tetap tidak menutup kemungkinan akan mencetak inflasi sangat rendah.

“Kabar ini tentunya bukan kabar baik buat Sumut. Saya melihat inflasi bisa bergerak dalam rentang -0.23 hingga 0.1%. Artinya memang masih menunjukan adanya potensi deflasi. Dan tentunya masih lebih rendah dari perkiraan saya sebelumnya dimana inflasi akan paling  besar 0.2% di bulan April,” terangnya.

Gunawan menilai, kemungkinan deflasi atau inflasi kecil selama Ramadahan dan Idul fitri tahun ini sebagai sinyal buruk. 

Dimana motor penggerak pertumbuhan ekonomi Sumut dari sisi belanja masyarakat tengah mengalami gangguan. 

Belanja atau pengeluaran masyarakat, kinerja ekspor, sektor pertanian, jasa angkutan, hingga konstruksi dikuartal pertama tahun ini berpeluang terkontraksi secara kuartalan.

Tren perlambatan ekonomi Sumut sudah terlihat sangat jelas saat ini. Tercermin dari gangguan daya beli yang sudah dirasakan dari penjualan ritel yang bergerak turun di kuartal pertama. 

Ini penyakit yang harus diantisipasi dan dicari obatnya. Namun sayangnya penyakit ekonomi Sumut ini dipengaruhi oleh resesi di Negara lain. 

“Sehingga saya pesimis pemerintah mampu menghindari tekanan ekonomi eksternal. Tetapi saya masih optimis pemerintah setidaknya bisa meminalisir penambahan jumlah masyarakat miskin,” pungkasnya. *(ika)