SuaraTani.com – Medan| Kinerja pasar keuangan pada perdagangan hari ini mengalami tekanan, setelah sehari perdagangan sebelumnya juga ditransaksikan di teritori negatif.
Pelaku pasar masih mencermati langkah Gubernur Bank Sentral AS terkait penetapan suku bunga acuan yang akan diputuskan pada hari Rabu waktu AS.
Dan tentunya pasar juga menanti testimoni The FED seiring dengan kondisi ekonomi AS yang terpukul belakangan ini.
Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami pelemahan dalam 2 hari perdagangan terakhir.
Pada sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG bahkan sempat terpukul hingga ke level 6.800. Dan pada akhirnya ditutup melemah 0.74% di level 6.812,72.
Sementara itu mata uang rupiah juga ditransaksikan melemah jika dibandingan dengan kinerjanya pada perdagangan akhir pekan sebelumnya.
Namun pada hari ini rupiah masih mampu membukukan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat, dengan ditransaksikan dikisaran harga 14.670 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan sore.
Kondisi ini menurut Gunawan menunjukkan kalau rilis data inflasi nasional oleh BPS pada hari Selasa tidak memberikan banyak perubahan bagi kinerja pasar keuangan, karena pelaku pasar sudah memprediksikan kinerja inflasi jauh hari sebelumnya.
“Akan tetapi rilis data pertumbuhan ekonomi di akhir pekan nantinya akan jadi pembeda. Meski demikian kinerja pasar keuangan di tanah air akan lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal,” sebut Gunawan Benjamin di Medan, Rabu (3/5/2023).
Di akhir pekan kata Gunawan, gejolak pasar keuangan masih sangat rentan bergerak di teritori negatif. Meksipun bisa saja berbalik menguat seandainya The FED mengisyaratkan kebijakan yang dinilai lebih pro pasar.
Amerika Serikat masih akan memicu “kegaduhan” di pasar keuangan dunia, karena The FED menurut penilaiannya masih mengisayarakatkan adanya kenaikan suku bunga acuan jika dibutuhkan.
“Saya melihat masih ada ketidakpastian pasar sekalipun bunga acuan dinaikkan. Karena sejumlah masalah fundamental yang terus berkembang saat ini mengarahkan pada perlambatan ekonomi maupun resesi yang memberikan implikasi buruk bagi kinerja pasar keuangan. Sehingga pasar masih tetap berpeluang bergejolak dengan tetap menyisahkan potensi penurunan kinerja di tahun ini,” terangnya.
Di sisi lain, harga emas dunia berbalik menguat pada perdagangan pekan ini. Emas menguat dikisaran US$2.015 per ons troy, setelah terjadi kebangkrutan pada First Republic Bank di AS.
Kebangkrutan tersebut menambah deret panjang masalah perbankan di AS, yang pada akhirnya memicu migrasi investor untuk lebih memburu emas dibandingkan memegang dolar Amerika Serikat.
Jka mengacu pada kinerja mata uang rupiah, maka harga emas pada hari ini ditransaksikan dikisaran Rp954 ribu per gramnya. *(ika)