Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Anyaman Unik dari Nias Digemari Pengunjung Jepang, 'Kawaii'

Para peserta antusias melakukan praktek Craft Workshop yang dipersembahkan oleh Dekranasda Sumut di panggung utama International Handicraft Trade Fair ( Inacraft) 2024, Jakarta Convention Centre (JCC), Sabtu (2/3/2024). suaratani-ist

SuaraTani.com - Jakarta| Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sumatera Utara (Sumut) menampilkan Craft Workshop di panggung utama International Handicraft Trade Fair (Inacraft) 2024.

Kegiatan tersebut digelar di Jakarta Convention Centre (JCC), Sabtu (2/3/2024). 

Dekranasda Sumut memperkenalkan anyaman unik dari Nias yang terbuat dari pandan duri yang banyak tumbuh di pantai.

Uniknya, peserta yang mengikuti pelatihan tersebut, selain berasal dari berbagai provinsi di tanah air, juga diikuti tiga orang peserta warga negara Jepang. 

Kerajinan anyaman ini sejak dipamerkan di stan Dekranasda Sumut cukup menarik perhatian para pengunjung mancanegara, khususnya asal Negara Jepang dan Korea.

Dina Waoma, pengrajin anyaman asal Kota Gunungsitoli Nias mengaku produknya mendapat respons yang sangat baik dari pengunjung Jepang dan Korea. 

Mereka antusias dan berseru "kawaii" yang dalam Bahasa Jepang secara harfiah berarti imut-imut, comel, molek, atau mungil.

Dina pada workshop tersebut menjadi instruktur ditemani dua orang putrinya. Dengan telaten, mereka memberikan penjelasan tahapan pembuatan anyaman.

"Karena ini untuk pemula, kami mengajarkan produk anyaman aksesoris yang mudah pembuatannya, seperti bross dan anting,"jelasnya.  

Produk anyaman pandan khas Pulau Nias memang memiliki keunikan dibandingkan produk anyaman pandan dari daerah lain. Hal ini dikarenakan detail-detail berupa pola terawang yang rumit namun menghasilkan keindahan.

Anyaman pandan ini menurut Dina, sudah dibuat dari zaman leluluhur yang dilestarikan secara turun temurun. 

“Dahulu anyaman ini digunakan sebagai tempat sirih yang digunakan para raja dan permaisuri. Tempat sirih ini disebut bola nafo,” ujarnya.

Dina beserta putrinya sejak beberapa tahun belakang melestarikan teknik anyaman warisan leluhur dengan memproduksi berbagai produk anyaman. 

Bahan anyaman  dikreasikan menjadi berbagai produk, seperti produk dekor rumah  seperti tikar, tas, dompet, anting dengan berbagai motif terawang yang indah.

Pihaknya juga melibatkan perempuan-perempuan Nias dengan memberikan pelatihan dan pendampingan untuk dapat ikut memproduksi anyaman. 

"Membuat anyaman ini butuh waktu lama dan ketekunan yang tinggi. Kita tidak mungkin bisa maju sendiri, karena itu butuh menularkan keterampilan ini kepada orang lain,"jelasnya.* (junitasianturi)