SuaraTani.com - Medan| Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, ungkapan peribahasa ini mencerminkan tragedi naas yang dialami Lumban Simaremare pada 8 Juli 2025 lalu.
Di hari yang naas itu, Lumban Simaremare hendak menuju ke Kabupaten Samosir dengan menumpangi sebuas bus milik perusahaan SAMPRI jurusan Medan-Pangururan.
Nasib yang tidak dapat diprediksi, bus dengan nomor pintu 78 itu mengalami kecelakaan tragis di kawasan Tele, Kabupaten Samosir, Selasa (8/7/2025) dinihari.
Bus yang melaju dalam keadaan kencang tersebut masuk ke dalam jurang yang dalam. Dalam insiden itu satu orang penumpang dinyatakan meninggal dunia di tempat, sementara 7 orang lainnya mengalami luka-luka. Video kecelakaan itu pun viral di media sosial.
Seorang yang mengalami luka-luka parah adalah Lumban Simaremare. Luka-luka yang dialami dagu, pelipis dan pipi sebelah kiri termasuk hidung hancur, gigi depan semua nya rontok.
Akibat insiden itu, pria berusia 46 tahun itu harus menjalani operasi tiga kali yang dilakukan secara bertahap.
"Dan, operasi yang sudah dilakukan sampai saat ini masih dua kali. Gigi bawah saya copot semua ini," kata Lumban Simaremare saat panggilan video lewat Aplikasi WhatsApp, Selasa (9/9/2025) di Medan.
Pria yang tinggal di Parbaba, Pangururan Samosir itu menuturkan, Senin (7/7/2025) sore sekitar Pukul 18.30 Wib, bus SAMPRI yang ditumpanginya bersiap-siap berangkat menuju Pangururan, Samosir.
"Masuklah sopirnya, aku lihat lah penampilan sopirnya itu. Wah enggak betul ini, seperti pemakai narkoba ini, tapi semoga lah tidak pikir ku," terang Lumban.
Dalam perjalanan, sang sopir yang membawa SAMPRI melaju dengan kencang dan ugal-ugalan. Meski penumpang sudah protes dan dinasehiti agar membawa bus dengan baik, namun sang supir seakan tak peduli.
Sampai di Merek, Kabupaten Karo, bus berhenti sejenak untuk makan malam. Kemudian melanjutkan perjalanan. Pada saat dirRumah makan sebelum berangkat, seorang penumpang, Boru Simarmata, sudah mengingatkan kembali agar supir lebih berhati-hati membawa mobilnya.
"Teman saya juga sudah mengingatkan agar memperhatikan rem bus Samprinya," terang Lumban.
Setelah berangkat dari rumah makan, sang supir kembali ugal-ugalan membawa bus yang dikendarainya.
"Di Situ saya sudah pasrah, feeling saya mobil ini pasti kecelakaan. Saya hanya bisa berdoa, Semoga kami tidak celaka. Terus saya sengaja tiduran. Jujur saya tidak mengingat apa-apa lagi. Yang ku ingat selanjutnya, orang semua berteriak minta tolong," kenang Lumban.
Untuk kemudian, ia pun terbangun dan sudah tidak bisa bergerak lagi.
"Ku coba untuk bicara juga sudah tidak bisa lagi. Aku dengarlah ada orang yang mau menolong korban, ku ayunkan tangan ku. Ku dengarlah orang yang mau menolong itu mengatakan, ini rupanya yang paling parah. Ayo kita tolong dia," kata Lumban menirukan.
Sampai di rumah sakit Hadrianus Pangururan, tenaga medis langsung memberikan bantuan kepada para korban SAMPRI 78.
"Semua berteriak minta tolong. Syukurlah tenaga medisnya semua bekerja sama memberikan pelayanan yang terbaik," jelasnya.
Selanjutnya, hari Rabu (9/7/2025), ia dirujuk ke Rumah Sakit Royal Prima Medan. Di sana, Lumban mendapat perawatan selama 12 hari.
"Selama perawatan tersebut juga, tidak ada direksi atau perwakilan SAMPRI yang datang melihat kami yang menjadi korban sopir SAMPRI 78 yang ugal-ugalan itu. Sungguh tidak punya hati nurani," kesal Lumban.
Bahkan sampai saat ini, pihak SAMPRI belum juga datang melihat penumpang yang menjadi korban kecelakaan maut tersebut.
Anehnya, kata Lumban, ada pihak yang mengaku perwakilan Sampri yang bertanya kepada keluarga melalui WA.
"Apakah keluarga anda salah satu korban Sampri ya? Kami jawab lah iya. Selanjutnya mereka miscall dan kami telepon balik tapi tidak diangkat. Itu kejadiannya bulan Juli lalu," ujarnya.
Keluarga kata Lumban, pernah beberapa kali ke loket Sampri untuk bertemu mandornya, tapi tidak ketemu.
Akhirnya keluarga menyampaikan pada seorang karyawan Sampri yang kebetulan berada di lokasi, kalau mereka adalah korban Sampri yang belum pernah ada perhatian dari pihak manajeme.
"Tapi jawaban karyawannya bikin kami kaget. Cuma kalian lah yang belum kami kunjungi, yang lain sudah kami datangi. Padahal semua korban belum ada yang dikunjungi sama sekali," kata Lumban lagi.
Anehnya, lanjut Lumban, siapa saja korban yang bertanya, jawabannya selalu itu.
"Mereka tidak tahu kalau kami sesama penumpang dan korban Sampri 78 selalu berkomunikasi seputar perawatan atau pengobatan yang sudah dijalani. Sekarang kami juga sudah punya WA grup korban Sampri Tele," sebutnya.
Dikatakannya, seluruh korban Sampri 78 sudah sepakat untuk mengawal kasus ini.
"Bahkan kami sepakat akan melaporkan kasus ini ke Polres Samosir dalam waktu dekat, karena kami masih banyak yang belum bisa jalan, dan masih fokus dalam pengobatan," tegas Lumban.
Sebagai korban bus Sampri 78, Lumban hanya berharap ada perhataian dari pihak perusahaan bus tersebut. Apalagi dirinya akan menjalani operasi ketiga, yakni operasi tulang di bawah hidung atau tulang di atas mulut, istilah kedokterannya tulang mandi bula.
"Saya bersama korban Sampri lainnya yakin peristiwa ini akan ditangani Polres Samosir dengan baik. Karena Kapolres Samosir beserta jajarannya langsung membesuk kami para korban," kata Lumban yang sangat kecewa dengan sikap manajemen Sampri yang sama sekali tidak memberikan perhatiannya.
"Sungguh tidak ada rasa kemanusian sama sekali, sangat kejam," lirih Lumban Simaremare. * (junita sianturi)