Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Darurat Bencana, ACT Inisiasi Gerakan Bergerak Bersama Selamatkan Bangsa

Presiden Aksi Cepat Tanggap, Ibnu Khajar saat meluncurkan gerakan 'Bergerak Bersama Selamatkan Bangsa', di Jakarta,  Senin (18/1/2021). suaratani.com-ist


SuaraTani.com - Medan|  Mengawali tahun 2021, Indonesia dihadang bencana di berbagai daerah seperti gempa bumi di Sulawesi Barat (Sulbar), banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel), Manado, dan beberapa wilayah di Pulau Jawa, erupsi Gunung Semeru, serta ancaman virus corona yang masih merebak. 

Situasi ini memberikan tekanan bagi masyarakat Indonesia yang terdampak bencana. Merespon kejadian yang seolah datang bertubi-tubi, Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengajak seluruh masyarakat untuk bahu-membahu membantu  memberikan solusi nyata. 

Kejadian yang menimpa saudara sebangsa membuat ACT menginisiasi gerakan “Bergerak Bersama Selamatkan Bangsa” sebagai bentuk respons terhadap bencana yang terjadi di Mamuju, Majene, Kalsel, Semeru, Sumedan, dan lain-lain. 

Dalam peluncuran gerakan “Bergerak Bersama Selamatkan Bangsa” pada Senin (18/1/2021), Presiden Aksi Cepat Tanggap, Ibnu Khajar menguatkan dan mengajak masyarakat untuk bersama menghadapi bencana yang terjadi. 

“Dari pandemi, jatuhnya pesawat Sriwijaya, banjir bandang hingga meletusnya gunung.  ACT terus mendapatkan dukungan dari berbagai relawan di 34 provinsi dan 324 kota/kabupaten yang bergabung dalam Masyarakat Relawan Indonesia dan lebih dari 60 kantor cabang ACT masih terus bersiaga,” kata Ibnu dalam keterangan tertulisnya yang diterima SuaraTani, Selasa (19/1/2021). 

Saat ini, kata dia, pihaknya bersyukur semua relawan langsung sigap hadir ke lapangan dan melakukan rescue untuk para korban bencana. 

Dalam gerakan ini, ACT ingin mengingatkan kembali bahwa Indonesia adalah bangsa yang dermawan, tidak hanya untuk bangsanya sendiri namun juga membantu bangsa lain yang membutuhkan. Termasuk di antaranya ancaman kelaparan, kesehatan, kehilangan tempat tinggal, kehilangan pekerjaan, kesulitan pendidikan, dan berujung pada kemiskinan.  

“Insyaallah segera kami akan kirimkan semua bantuan dari kantor utama logistik kita dari Gunung Sindur ke daerah-daerah bencana. Kami akan kirimkan 500 ton beras, bantuan pangan lainnya, dan bantuan medis. Kami ajak semua masyarakat  mendukung dan menyukseskan program-program kami. Salah satunya Kapal Kemanusiaan untuk Sulawesi Barat,” terang Ibnu.

Setelah bantuan-bantuan fase tanggap darurat ini, pada 14 hari ke depan di bawah semangat Bangkitkan Sejatinya Bangsa, ACT akan menjadikan kantor pusat dan cabang sebagai pusat informasi bencana nasional.

Selama fase tanggap darurat hingga pemulihan nanti, ACT akan mengikhtiarkan pelepasan Kapal Kemanusiaan dengan bantuan 1.000 ton yang akan bergerak dari Jawa Timur dan DI Yogyakarta menuju Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat. Tidak terlepas  daerah-daerah lainnya yang membutuhkan bantuan darurat. 

Dalam gerakan kampanye kebencanaan ini, yang menjadi pembeda dengan kampanye kebencanaan tahun-tahun sebelumnya adalah kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan program-program aksi tanggap darurat langsung bergandengan secara cepat dengan rencana aksi pemulihan.  

Hal ini karena setiap pengungsi tidak dapat berlama-lama bertahan dalam tempat pengungsian sementara yang tidak terjaga protokol kesehatannya. Sehingga, diperlukan dukungan besar dan masif dari berbagai pemangku kepentingan.

Di waktu yang sama,  Senin (18/1/2021), ACT juga telah memberangkatkan armada-armada kemanusiaan dari Gunung Sindur ke Sulawesi Barat yang membawa bantuan kemanusiaan. 

“Insyaallah kami memberangkatkan Humanity Rice Truck, Humanity Food Truck, armada rescue dan bantuan logistik yang akan diberangkatkan ke Majene dan Mamuju. Kami akan mengirimkan armada sebanyak 10 truk. Total bantuan sebanyak 10 ton per armada. Mohon dukung kami dengan segala bantuan baik di bidang kebencanaan, kemiskinan, dan lainnya,” ajak Manajer Program ACT, Eka Setiawaty.  

Hingga saat ini, sekitar 300.000 relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) terus bergerak untuk membantu para penyintas bencana dengan melakukan beragam aksi yang dibutuhkan. * (ika/ril)