Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kasus Covid-19 Melonjak di China, Harga CPO Turun

Kasus Covid-19  Melonjak di China, Harga CPO Turun
Saat ini harga CPO mendekati RM3.500 per ton, atau tepatnya di harga RM3.527 per tonnya. suaratani.com - ika

SuaraTani.com - Medan | Lonjakan kasus Covid-di China ternyata tidak hanya menghantam kinerja bursa saham. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang dalam dua bulan terakhir bertahan mahal pun mulai terkena imbasnya.  

Setelah menyentuh level tertingginya, pada tanggal 7 Januari 2021, beberapa sumber harga menyatakan kalau CPO kala itu sempat menyentuh RM3.800, bahkan beberapa sumber lain menyebut sempat ke RM4.000.

“Saat ini harganya turun mendekati RM3.500 per ton, atau tepatnya di harga RM3.527 per tonnya. Namun, harga CPO masih ada yang berani mematok di harga RM3.700  per ton sejauh ini,” kata Pemerhati Ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, Minggu (17/1/2021), di Medan.

Dikatakannya, kebijakan China yang memberlakukan lockdown di sejumlah kotanya memicu kekuatiran bahwa ekonomi global tengah bermasalah. Dan harga CPO sebelumnya meroket juga dikarenakan kebijakan darurat korona di Malaysia.

“Sebelumnya kan harga CPO naik dikarenakan China yang akan membelinya. Tapi saat ini,  China diragukan akan mampu membeli seperti komitmennya diawal, karena adanya penambahan jumlah kasus covid 19 ditambah respon kebijakan melockdwon sejumlah wilayah. Dengan sendirinya nanti permintaan CPO China akan melemah,” ujar Gunawan.

Ini menurut Gunawan, tentunya bukan kabar baik bagi Sumut, khususnya bagi para petani. Kalau kemarin harga acuan TBS paling mahal mendekati Rp2.400 per kilogram (kg),  dengan penurunan harga tersebut, ada  potensi TBS di tingkat petani bisa turun ke level Rp2.100 hingga Rp2.200 per kg nya, dengan asumsi harga CPO tidak berlanjut terpuruk di bawah RM2.400 per ton.

Dengan penurunan harga CPO itu, nantinya petani Sumut harus menerima kenyataan pahit harga sawit berbalik arah. 

“Tapi saya tetap yakin bahwa dalam jangka pendek harga sawit di tingkat petani masih bertahan mahal, karena ada upaya serius dari banyak negara di belahan dunia manapun yang tetap memerangi Covid-19 walaupun saat ini belum terlihat hasil yang konkrit,” pungkasnya. * (ika).