Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

ACT Siapkan Program Bantu 1.000 Perahu untuk Nelayan

Seorang nelayan mendayung perahu di salah satu perairan di Sumut. ACT Sumut menyiapkan program bantu 1.000 perahu untuk nelayan Sumut. suaratani.com-ist 

SuaraTani.com-Medan| Sekitar 70% dari 321.000 nelayan yang tersebar di 13 kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut), merupakan nelayan tradisional yang memiliki teknologi penangkapan yang rendah. Sementara 20% lainnya adalah nelayan menengah dan 10% masuk kategori nelayan sekala besar. 

Berarti, 70% nelayan di Sumut  memiliki pola aktifitas ekonomi yang berbeda dari nelayan modern lainnya. Selain berbeda metode penangkapan, ternyata tangkapan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran kapal/perahu. 

“Dan ini merupakan permasalahan yang selalu timbul di perairan  Sumut. Selain persoalan besar kecilnya jenis perahu ternyata ada lagi yang menjadi pokok persoalan ekonomi masyarakat nelayan ini, yakni status kepemilikan perahu itu sendiri,” kata Marketing Communication  ACT Sumut, Ilham Moehammad, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/2/2021), di Medan. 

Menurut Ilham, karena banyak nelayan yang tidak memiliki perahu sendiri, sebagian besar mereka masih menyewa perahu dari toke-toke ikan atau dari masyarakat pesisir yang memang memiliki usaha penyewaan perahu dan kapal.

“Dari hasil assessment (survey) yang dilakukan tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumut di tiga lokasi, yakni di Kampung Perlis Pangkalan Brandan, Jaring Halus Stabat, dan Bagan Deli Belawan, hampir dipastikan 50% nelayan tidak memilki perahu sendiri. Para nelayan dengan keterbatasan ekonomi, memilih untuk menyewa perahu dengan harga sewa yang bervariasi sesuai  ukuran dan kapasitas tampung perahu itu sendiri,” terangnya.

Amat,  nelayan  warga Bagan Deli Belawan mengatakan, harga perahu yang dipakainya sehari-hari itu senilai Rp15 jutaan, dengan kapasitas penumpang 15 orang dan 100 kilo muatan barang. Dan, biaya sewanya berkisar Rp50 ribu per hari, sementara penghasilan dari jual hasil laut hanya dapat Rp150 ribu perharinya. 

“Ini tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, karena bayar sewa dipotong dengan biaya bahan bakar boat, uang yang dibawa pulang ke rumah hanya bersisa Rp50.000. Andai kan perahu ini milik sendiri  tentu saja dapat mengurangi beban kami,” ujar Amat.

Latar belakang kisah Amat ini, lanjut Ilham, yang akhirnya menginisiasi mereka untuk membuat sebuah gerakan yang akan membersamai kesulitan masyarakat pesisir, khususnya dalam pengadaan perahu untuk mereka. 

“Inshaallah, dalam program “Bantu 1000 Perahu Nelayan Sumut” banyak nelayan yang terbebaskan dalam penyewaan perahu dan mimpi mereka memiliki perahu sendiri pun terwujud,” ujar Ilham.

Ilham berharap, dermawan Indonesia  ikut berperan dalam program ini, membantu para nelayan yang menjadi pejuang lauk masyarakat di meja makan. 

“Karena jerih payah merekalah sehingga kita dapat menikmati gurihnya ikan dan santapan laut lainnya, di meja makan kita hingga restauran mewah,” tutup Ilham. * (ika/ril)