Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bantuan Bibit Pisang Barangan Sumut Dongkrak Perekonomian Petani, Panen Beli Sepeda Motor

 

Panen perdana pisang barangan yang dilakukan Amin Sembiring pada November 2020 lalu. suaratani.com - ist

SuaraTani.com – Sei Bingai| Bantuan bibit pisang barangan hasil kultur jaringan yang dibagikan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) tahun 2019 lalu, telah membuahkan hasil.  Petani penerima bantuan bibit telah memetik hasil dari penjualan perdana pisang barangan yang dilakukan pada November sampai Desember tahun 2020 lalu. Bahkan saat ini, petani sedang memasuki panen kedua. 

Seperti yang diungkapkan Amin Sembiring, petani penerima bantuan bibit pisang barangan di Desa Purwobinangon, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumut, ada 800 tandan yang telah dipanennya mulai bulan November 2020 sampai awal Januai 2021 lalu dari sekitar 820 tanaman pisang yang ditanamnya. 

“Sekarang ini, kami sedang menunggu panen kedua dari tanaman kedua atau anakan dari tanaman pertama,” kata Amin kepada SuaraTani.com, Selasa (2/2/2021) saat mendampingi tim Bidang Hortikultura  Dinas TPH Sumut dan Dinas TPH Kabupaten Langkat melakukan monitoring terhadap bantuan bibit pisang yang diberikan ke petani.

Adapun kunjungan itu antara lain dilakukan oleh Kasi Buah dan Florihortikultura Dinas TPH Sumut, Lusiana bersama staf, Kasi Hortikultura Dinas TPH Langkat Julian, Kepala UPT Penyuluhan Langkat Hulu, Johan dan PPL.

Meski harga jual pisang barangan ke pengepul bervariasi, namun dengan budidaya pisang yang baru mereka lakukan menurut Amin, sangat membantu perekonomian mereka. 

Dimana  harga jual pisang berkisar antara Rp8.000 – Rp12.000 per sisir, tergantung kriteria. Untuk yang kecil Rp8.000, sedang Rp10.000 dan ukuran super atau besar Rp12.000 per sisir. Rata-rata bobot buah antara 1,2-2 kilogram (kg) per sisir. 

Sebagian pisang dijual ke agen yang datang dari Medan dan sebagian lagi mereka jual sendiri ke pedagang  pengecer yang ada di sekitaran desa dengan harga Rp15.000 per sisir. 

“Setelah kami masakan (peram-red), barulah kami ecerkan ke pedagang sekitar. Tetapi, itu jugalah yang menjadi kendala kami. Buah yang kami masakan tidak habis terjual, busuk, akhirnya terbuanglah,” terang Amin yang juga menjabat Ketua Kelompok Tani Harapan Jaya.

Menurutnya, agen dari Medan tidak mau mengambil pisang secara keseluruhan jika tidak memenuhi spesifikasi yang diinginkannya. Misalnya, dalam satu sisir minimal jumlah buah 16 buah. 

“Jadi, dalam satu tandan, kalau ada tujuh sisir, yang diambil palingan hanya empat sisir. Mana yang memenuhi kriteria agen itulah yang diambil,” ucap Amin.

Dan, untuk panen kedua ini, Amin memprediksi dapat memanen berkisar 650 tandan untuk tahap pertama mengingat panen tidak dapat dilakukan serentak. Sebagian tanaman masih keluar jantung, sudah berbuah kecil dan sebagian lagi menunggu umur tua untuk  dipanen.  

“Tiga minggu lagi lah ini baru bisa dipanen,” aku Amin.

Dalam budidaya pisang barangan, Amin mengaku, ada sebagian tanaman yang terserang jamur fusarium, yang menyebabkan buah pisang kerdil, tidak mau besar. Namun, persentasi tanaman yang terserang jamur  relatif sedikit, hanya beberapa tanaman saja.

Amin juga mengatakan, selain menjual buah pisang, permintaan anak atau bonggol pisang barangan juga sangat tinggi dari masyarakat sekitar dan masyarakat desa tetangga. Anakan tersebut mereka jual Rp5.000 per batang.

“Banyak yang sudah membeli. Apalagi, dalam satu batang pisang tanaman bisa menghasilkan lima sampai 10 anakan. Setelah kami ambil untuk kebutuhan kami dua atau tiga anakan yang sudah besar, sisanya kami jual,” sebut Amin.

Amin mengaku, dari hasil penjualan pisang tersebut, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga dapat membeli kenderaan bermotor roda dua untuk kerpeluan anak-anak. 

Petani pisang barangan lainnya, Deddy Ginting (kaos merah)  mendapat bantuan bibit pisang sebanyak 2.000 batang di Desa Purwobinangon, Kecamatan Sei Bingai, Langkat, Selasa (2/2/2021). suaratani.com - junita sianturi

Selain Amin, ada juga petani pisang barangan lainnya yang menerima bantuan bibit pisang, yakni Esra Sembiring, yang mendapat 1.300 batang dan Jacob Sembiring sebanyak 300 batang. 

Petani pisang barangan lainnya, Deddy Ginting yang  mendapat bantuan bibit pisang sebanyak 2.000 batang di Desa Purwobinangon, mengatakan, hasil panen yang diperolehnya belum maksimal. Sebab, disaat tanaman mulai keluar buah, tanaman diserang penyakit kresek. 

“Serangannya cukup banyak, dan kami hampir saja mengalami gagal panen. Namun, karena kesigapan dari Dinas TPH Provinsi dan Kabupaten Langkat serta penyuluh, penyakit dapat dikendalikan,” terangnya.

Untuk tanaman kedua ini,  Dedy memprediksi hasil yang diperoleh jauh lebih baik dibanding panen pertama. 

“Karena buah kecil, kami hanya bisa menjual pisang antara Rp8.000-Rp9.000 per sisir. Itu panen pertama, yang tanaman banyak diserang penyakit kresek. Mudah-mudahan untuk tanaman kedua ini, terhindar dari penyakit dan kelihatan pertumbuhan jauh lebih baik dibanding sebelumnya,” kata Dedy yang menjabat Ketua Kelompok Serentak Tani.

Bantuan Bibit Pisang

Bantuan bibit pisang barangan kultur jaringan tahun anggaran 2019 yang bersumber dari APBN, untuk Kabupaten Langkat menurut Kasi Hortikultura Dinas TPH Binjai Julian ada seluas 10 hektare atau setara dengan 10.000 batang plus pupuk organik trikho zia.

Kasi Buah dan Florihortikultura Dinas TPH Sumut, Lusiana (kiri) bersama rombongan saat meninjau lokasi bantuan bibit pisang barangan kultur jaringan tahun anggaran 2021, di Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Langkat, Selasa (2/2/2021). suaratani.com - junita sianturi 

Dari 10.000 batang bibit yang didistribusikan Dinas TPH Sumut, kata dia, disebarkan di tujuh lokasi di Kecamatan Sei Bingai, Langkat, yakni  di Desa Purwobinangun, sebanyak 4.000 batang, di Desa Olakisat 3.000 batang dan di Desa Durian Lingga juga 3.000 batang.

Julian mengaku animo masyarakat Langkat untuk mengembangkan pisang barangan saat ini sangat tinggi, selain harga yang menjanjikan, permintaan pisang barangan juga sangat banyak.

Sementara itu, Kasi Buah dan Florihortikultura Dinas TPH Sumut, Lusiana, mengatakan  program pengembangan bibit pisang barangan ada sebanyak 10.000 batang yang bersumber APBN 2019 dan itu dikhususkan  di Kabupaten Langkat ditambah  3.000 batang lagi dari APBD Sumut Tahun 2019.

“Jadi, untuk APBD Sumut Tahun Anggaran 2019 pengembangan pisang barangan selain Langkat 3.000 batang, kabupaten lain juga ada menerima, yakni Deliserdang 5.000 batang, Asahan 10.000 batang, Batu Bara 3.000 batang, dan Tapsel 3.000,” jelas Lusiana.  

Lusiana berharap, para petani pisang barangan yang menerima bantuan dapat merawat tanamannya dengan baik, terutama dari tingkat kebersihan lahan. Sebab, jika lahan kotor, daun-daun pisang yang sudah kering tidak dibuang, peluang terserang hama dan penyakit semakin besar. 

Selain itu, tanaman juga harus rajin diberi pupuk kompos dan pupuk lainnya, sehingga kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi yang akhirnya, pisang yang dihasilkan berbuah besar. Kemudian, buah juga harus disungkup guna menghindari serangan lalat buah.

Lusiana juga berharap,  petani dapat membongkar seluruh tanaman pisangnya bila sudah melakukan penanaman tiga atau empat kali dari indukan pertama. Sebab, jika anakan terus digunakan dan ditanam hasil yang diperoleh akan berkurang terutama bobot buah.

“Kita sarankan agar dibongkar dan diganti dengan bibit yang baru,” jelasnya. * (junita sianturi)