Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Februari, Harga Kedelai Dunia Naik Jadi US$13,7 Per Bushel


Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjamin kedelai akan selalu tetap tersedia dan industri perajin tahu dan tempe akan terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakatdi tengah kenaikan harga kedelai impor. suaratani.com - int 

SuaraTani.com – Jakarta|  Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri, Syailendra menegaskan, stok kedelai sampai saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. 

Karena itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjamin kedelai akan selalu tetap tersedia dan industri perajin tahu dan tempe akan terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakatdi tengah kenaikan harga kedelai impor. 

“Kenaikan harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe tersebut merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang,” jelas Syailendra, Minggu (31/1/2021) di Jakarta. 

Bersumber dari Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada Desember 2020 masih berkisar US$13,12 per bushel (gantang) untuk penyediaan pada Januari 2021. 

Saat ini, harganya telah naik 4,42%   menjadi US$13,7 per bushels untuk penyediaan kedelai pada Februari. Meski demikian, diharapkan harga kedelai dunia dapat segera terkoreksi menurun pada periode selanjutnya. 

Menurut Syailendra, saat ini harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe secara umum berada di kisaran Rp9.100-Rp9.200 per kilogram (kg). Adapun harga kedelai impor pada bulan Februari diperkirakan menjadi berkisar Rp9.500 per kg di tingkat perajin tahu dan tempe. Selain itu, akan dapat terjadi penyesuaian kembali harga tahu yang sebelumnya Rp600 per potong menjadi berkisar Rp650 per potong dan harga tempe yang sebelumnya Rp15.000 per kg menjadi berkisar Rp16.000 per  kg.

Syailendra menambahkan, terjadi kenaikan harga kedelai dunia yang mencapai 30% sebelumnya, mulai paruh kedua tahun lalu hingga akhir 2020. Hal itu berdampak pada penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar yang naik menjadi rata-rata 20%, mengingat kedelai memberikan kontribusi yang cukup besar sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe. 

“Penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Sebabnya, mayoritas kebutuhan kedelai Indonesia masih dipenuhi melalui impor dan dipengaruhi pergerakan harga kedelai dunia yang berdampak pada harga bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe di Indonesia,” ujar Syailendra.

Selanjutnya, Kemendag akan memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga, guna memastikan harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe serta harga tahu dan tempe di pasar masih pada tingkat yang wajar.

Syailendra juga mengimbau para importir yang memiliki stok kedelai untuk terus memasok kedelai secara kontinu kepada perajin tahu dan tempe anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), baik di Puskopti provinsi maupun Kopti kabupaten/kota seluruh Indonesia.

“Diharapkan produksi tahu dan tempe tetap terus berjalan dan masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe dengan harga terjangkau,” pungkas Syailendra. * (desi)