Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Permintaan Ekspor Meningkat, Petani Jadikan Porang Tanaman Primadona

Porang yang tadinya tanaman liar, saat ini menjadi primadona petani. suaratani.com - ist

SuaraTani.com – Jakarta| Tanaman porang strategis untuk dikembangkan selain kaya manfaat, tanaman ini juga punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Sejak tahun 2019, porang yang tadinya tanaman liar  jadi primadona petani.

"Porang sudah jadi primadona dan InsyahAllah akan terus jadi primadona mengingat bahwa itu adalah kebutuhan  pokok dan kebutuhan industri," ujar Ketua Umum Petani Penggiat Porang Nusantara (P3N), Ngakib Al-Ghozali, Sabtu (27/2/21).

Ngakib menambahkan, di Jepang porang digunakan untuk memberi makan ratusan ribu pasukan yang sedang berperang di hampir seluruh daratan Asia seperti Korea, Cina dan lain-lain. 

Tahun 1943, Jepang datang menjajah negeri ini bukan untuk mencari rempah-rempah seperti orang Eropa melainkan untuk mencari makanan utama mereka yakni konjak atau porang bukan beras atau gandum. 

"Porang adalah fenomena zaman. Beratus-ratus  tahun porang ada di bumi pertiwi ini, di pinggir jurang, di bawah rumpun bambu, di bawah pohon duku dan pepohonan yang rindang, di semak belukar, di hutan lebat, tanpa ada orang kita sudi menengok atau bisa memanfaatkan nya," jelasnya.

Ngakib mengatakan, Jepang dan Cina merupakan negara sebagai pengonsumsi porang belakangan ini namun akhir-akhir ini mengalami kesulitan sehingga stok porang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.

"Tahun 2014 kemarin datanglah mereka ke Indonesia untuk cari porang karena memang sumber  porang dunia ada di Indonesia,"ucapnya.

Kata, Ngakib, Badan Pangan Dunia FAO memperkirakan krisis pangan terjadi akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan sehingga saat ini berbagai negara berupaya memperkuat ketahanan pangan termasuk Indonesia. 

"Porang termasuk pangan favorit di Jepang. Hasil olahan porang biasanya jadi produk diet dan pangan sehat, antara lain, mie dan beras shirataki. Porang bahkan lima kali lebih baik dari beras. Melihat potensi ini banyak petani saat ini beralih menanam potang," terangnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan)  saat ini memang menggenjot pengembangan porang sebagai komoditas ekspor. 

Di pasar ekspor, porang banyak dicari sebagai bahan makanan dan industri obat juga kecantikan sehingga harga porang pun menjadi sangat menjanjikan bagi petani.

“Kami akan terus meningkatkan budidaya porang ini dalam berbagai aspek salah satunya dalam pengamanan produksi porang,” ungkapnya.

Saat ini, ada 20.000 hektare lahan di Indonesia yang ditanami porang dan terus bertambah. Porang ini sudah diekspor ke 16 negara dengan negara tujuan terbesar Cina, Thailand, dan Vietnam dalam bentuk chips, tepung dan lainnya. 

"Pada tahun 2020, sebanyak 19.800 ton porang diekspor dengan nilai Rp880 miliar,” katanya.

Suwandi juga meminta pihaknya agar terus mengawal dan menuntaskan masalah-masalah pertanian seperti hama dan serangan penyakit dengan melakukan upaya-upaya maksimal. Ini dimaksudkan untuk menjaga dan mengamankan produksi komoditas pertanian.

“Semua harus rajin turun ke lapangan, memantau dan mengamankan pertanaman. Lakukan sosialisasi cara yang benar pengendaliannya, supaya bisa memberikan faedah bagi petani sehingga kesejahteraan petani meningkat,” tutup Suwandi.* (putri)