Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Proyek Pompanisasi Dinas Pertanian Taput Dinilai Mubazir

Lokasi pembangunan pompanisasi dan irigasi yang sudah ada di Desa Hutatoruan I Tarutung. suaratani.com - darwin nainggolalm

SuaraTani.com-Taput| Proyek pembangunan jaringan irigasi air tanah dalam di Desa Hutatoruan I Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Provinsi Sumatera Utara (Sumut), dinilai mubazir. 

Pasalnya, proyek yang lebih dikenal dengan istilah pompanisasi sumur bor dibangun hanya berjarak sekira delapan meter dari saluran irigasi tali air yang  masih berfungsi untuk mengairi areal persawahan.

"Sirkulasi air di areal persawahan tersebut sangat lancar.  Sebab areal sawah dikelilingi jaringan irigasi tali air yang berfungsi dengan baik karena sumber airnya lancar mengalir. Yang terpenting masyarakat yang punya lahan  rajin membersihkan agar tidak ada penyumbatan," sebut warga yang mengaku marga Tobing, kepada wartawan, Rabu, (17/2/2021).

Pantauan  di lapangan, irigasi ini dibangun pada akhir tahun 2020 dengan sumber dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada Dinas Pertanian Taput, pagu anggaran sebesar Rp189 juta. 

Bangunan utama yang didirikan tepat berada di tengah areal persawahan. Sekira delapan meter sebelah kiri bangunan terdapat jaringan irigasi. Sebelah kanan bangunan, berjarak kurang lebih 20 meter juga terdapat jaringan irigasi. Kedua jaringan irigasi ini sirkulasi airnya terlihat lancar.

Selain bangunan utama, di lokasi terlihat ada dua bangunan bak penampungan air yang juga sangat berdekatan dengan jaringan irigasi yang memang sudah ada di areal persawahan tersebut.

Saat ini, di areal persawahan dengan luasan sekira lima hektare sudah disemai padi. Kondisi sawah terlihat kebutuhan air mencukupi buat kebutuhan tanaman. Selain tanaman padi di areal tersebut juga didapati tanaman cabai merah sekira seluas 20 meter persegi. 

Terpisah, Vander Sinaga, petani asal Desa Lumban Sinaga, Kecamatan Pangaribuan mengeluhkan susahnya sumber air untuk kebutuhan tanamannya. 

Ditegaskannya, banyak potensi titik areal pertanian di desa mereka.  Setiap hamparan perladangan mencapai luasan hampir 20 hektare dan sangat membutuhkan sumur bor. 

“Seperti areal perladangan kami yang di Sibara-bara, kebanyakan  pertanian yang mereka tanam seperti cabai merah, jagung dan padi. Untuk kebutuhan air, kami harus membuat sumur,” jelasnya.

Dijelaskannya, pada tahun 2017, dirinya pernah membuat proposal bantuan pembangunan sumur bor kepada Dinas Pertanian setempat. Namun hingga kini belum terealisasi.

Hal yang sama juga diraakan petani di Desa Simanampang Kecamatan Siatas Barita. Mereka juga sangat membutuhkan sumur bor, untuk ketersediaan air, sehingga para petani tergantung pada curah hujan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Taput, SEY Pasaribu,  saat di konfirmasi  mengatakan, pembangunan sumur bor di Desa Hutatoruan I dalam rangka mendukung peningkatan indeks pertanaman (IP) 2 dengan pola tanam padi sawah-padi sawah atau padi sawah-palawija.

Untuk mencapai itu, salah satu faktor produksi yang perlu dipersiapkan adalah adanya ketersediaan air sepanjang musim.

Mengingat kondisi lahan sawah yang ada di Desa Hutatoruan I pada saat musim kemarau sering terjadi kekeringan sehingga seringkali mengakibatkan gagal panen.

Karena itu, Dinas Pertanian mencoba mengatasi masalah ini dengan mengalokasikan satu unit kegiatan Pembangunan Irigasi Air Tanah (Sumur Bor) sehingga lahan persawahan dapat dimanfaatkan untuk pertanaman sepanjang tahun.

"Mengingat luasan kepemilikan lahan sawah rata-rata skala kecil, maka dengan upaya peningkatan IP2 dengan pola tanam seperti itu,  maka akan dapat menambah pendapatan petani," ujarnya.* (darwin nainggolan)