Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Adopsi Konsep CSV, KBI Kedepankan Aspek Tumbuh Bersama dengan Masyarakat

Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia/KBI (Persero), Fajar Wibhiyadi bersama Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM) Lilik Sutiarso saat memberikan bantuan peralatan mesin pengolahan pertanian kepada perajian UMKM berbasis pertanian di Desa Selopamioro, Rabu (17/3/2021). suaratani.com - junita sianturi

SuaraTani.com – Jakarta| Program-program corporate social responsibility (CSR) dari korporasi perlu dikembangkan dengan pendekatan Creating Shared Value (CSV). Hal ini dikarenakan, Pertama, dari sudut pemangku kepentingan lebih mudah untuk menciptakan manfaat asalkan kita dapat memahami kepentingan dan kebutuhan mereka. 

“Biasanya yang sering mencuat adalah keinginan ketimbang kebutuhan. Itu sebabnya diperlukan pemetaan kepentingan stakeholder secara gamblang, termasuk kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan,” kata Ketua Umum Asosiasi GRC serta Ketua Perkumpulan Profesional Governansi Indonesia, Mas Ahmad Daniri,  Rabu  (17/3/2021). 

Kedua, lanjut dia, tidak mudah mengidentifikasi manfaat untuk perusahaan, apalagi jika kurang selaras dengan strategi bisnis. Semakin jauh dari strategi perusahaan, program CSR semakin dirasakan sebagai beban perusahaan. 

Sebaliknya, semakin dekat dengan strategi perusahaan, semakin mudah untuk membuat program CSR yang saling memberi manfaat.

Terkait CSV, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia/KBI (Persero), Fajar Wibhiyadi, mengatakan, KBI  telah mengadopsi konsep ini dalam kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dilakukan. Dengan konsep ini, KBI mengedepankan aspek tumbuh bersama dengan masyarakat yang diberikan bantuan. 

“Dengan konsep CSV tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, tapi juga memberikan manfaat bagi sustainibility bisnis korporasi KBI,” kata Fajar. 

Dikatakan Fajar, konsep CSV pertama kali diperkenalkan oleh Michael Porter dan Mark Kramer dalam artikel ‘Harvard Business Riview” pada 2006. CSV sendiri adalah sebuah konsep dalam strategi bisnis yang menekankan pentingnya memasukkan masalah dan kebutuhan sosial dalam perancangan strategi perusahaan. 

CSV menekankan adanya peluang untuk membangun keunggulan kompetitif dengan cara memasukan masalah sosial sebagai bahan pertimbangan utama dalam merancang strategi perusahaan.

“Jika korporasi sudah memahami kepentingan masing-masing stakeholder tentu akan lebih mudah membuat program bisnis dan CSR yang menghindari dampak negatif dan saling memberi dampak positif terhadap semua stakeholder termasuk kepada perusahaan,” tambah Mas Achmad Daniri. 

Pendekatan ini, menurutnya, bisa dilakukan dengan diawali pemetaan kepentingan stakeholder termasuk konsumen dan masyarakat sekitar. 

Fajar Wibhiyadi menambahkan, kegiatan tangung jawab sosial dan lingkungan merupakan bagian besar dari kegiatan korporasi KBI yang mengedepankan aspek 3P, yaitu People, Profit dan Planet. 

Kiri-kanan- Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia/KBI (Persero), Fajar Wibhiyadi,  Ketua Departemen Teknik dan Biosistem Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM) Lilik Sutiarsoi, Ketua Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UGM Tyas Utama, mewakili Kapanewon Imogiri Hartoyo dan Lurah Selopamioro Sugeng berbincang mengenai pendampingan warga DEsa Selopamiro dalam pengolahan pangan lokal di Desa Selopamioro, Rabu (17/3/2021). suaratani.com - junita sianturi

People dalam arti pengembangan SDM akan terus dilakukan untuk menjadikan SDM yang berkopetensi. Profit tentu saja menjadikan KBI sebagai korporasi yang memiliki kinerja keuangan yang baik. Sedangkan Planet, dalam kegiatan bisnisnya, KBI tetap peduli kepada lingkungan yang diwujudkan dalam program-program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Terkait kegiatan dengan konsep CSV, Fajar mengatakan, saat ini terdapat  dua program yang telah dijalankan KBI, yaitu Program Integrated Farming System di Selopamioro Yogyakarta, serta Program Kemitraan di Sistem Resi Gudang.  

“Untuk program kemitraan di Sistem Resi Gudang, sampai dengan saat ini telah dilaksanakan di  tiga wilayah, yaitu di Takalar dan Bantaeng Sulawesi Selatan untuk komoditas Rumput Laut, Lampung untuk komoditas Beras, serta Blitar dan Tuban Jawa Timur untuk komoditas gabah dan beras,” terangnya.

Sementara program Integrated Farming System di Selopamioro Yogyakarta, dilakukan KBI bekerjasama dengan Deptartemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM. 

Program ini merupakan Pengembangan usaha peternakan berbasis ramah lingkungan dan sumber energi terbarukan, yang merupakan integrasi agribisnis peternakan dengan pengembangan pangan lokal dan potensi wisata daerah. 

“Dengan program ini, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peternak dalam pengelolaan usaha agribisnis peternakan,” jelas Fajar. 

Fajar juga menambahkan, program kemitraan di Sistem Resi Gudang yang dilakukan KBI ini, salah satunya yaitu pinjaman dengan pola Jaminan Resi Gudang. Sistem pembiayaan perdagangan sangat diperlukan bagi dunia usaha untuk menjamin kelancaran usahanya terutama bagi usaha kecil dan menengah, termasuk petani yang umumnya menghadapi masalah pembiayaan karena keterbatasan akses dan jaminan kredit. 

Sistem Resi Gudang, kata Fajar, dapat memfasilitasi pemberian kredit bagi dunia usaha dengan agunan inventori atau barang yang disimpan di gudang. Program Kemitraan dengan pola Jaminan Resi Gudang yang dilakukan KBI yaitu pinjaman dengan Jaminan Resi Gudang, diberikan kepada mitra binaan baik itu Perorangan, Kelompok Tani (POKTAN), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), atau Koperasi. 

“Lama pinjaman berdasarkan masa berlaku Resi Gudang yang dijaminkan. Dengan program ini para petani diharapkan dapat terhindar dari rentenir dan tengkulak,” ujarnya. 

Dikatakan Fajar Wibhiyadi, dengan program kemitraan sistem resi gudang ini, tentunya akan memberikan manfaat kepada para petani dan pemilik komoditas, seperti mengurangi ketergantungan petani kepada tengkulak karena tersedia lembaga pembiayaan yang dapat memberikan financing dengan jaminan resi gudang (RG). 

Selain itu,  dapat meningkatkan kesejahteraan petani karena dapat melakukan tunda jual dan menghindari ‘keterpaksaan’ petani menjual komoditas dengan harga rendah, serta memberikan keleluasaan petani untuk merencanakan proses tanam hingga panen karena akan mempunyai modal yang cukup untuk membiayai keperluan produksi.

Dari sisi korporasi KBI, konsep CSV dalam kemitraan sistem resi gudang akan memberikan beberapa manfaat, yaitu peningkatan transaksi resi gudang yang diregistrasikan di ISWARE yang merupakan core business PT KBI (Persero).

Kemudian, meningkatkan kepercayaan bagi lembaga pembiayaan dalam menggunakan dokumen RG sebagai instrument pembiayaan. Menjadi media kerjasama dan sinergi dengan BUMN lain (TJSL) dalam penyaluran pembiayaan dengan menjalankan kemitraan SRG.

“Dan PT KBI (Persero) dapat mengetahui dan memantau akan kebutuhan penerbitan SRG dan pembiayaan dengan RG secara langsung (Data penerbitan dan pembiayaan SRG,” jelasnya.

Fajar Wibhiyadi mengatgakan, program kemitraan ini  juga akan memberikan manfaat dalam lingkup ekonomi nasional yaitu, adanya database produksi dan konsumsi komoditas di Indonesia sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan Pemerintah di bidang pangan dan perdagangan. 

Selain itu, adanya program kemitraan ini akan mempertahankan stabilitas harga komoditas sehingga sesuai dengan daya beli masyarakat, serta meningkatkan dan mempertahankan persediaan komoditas baik untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun untuk di ekspor. 

Data PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) menyebutkan, sepanjang tahun 2015-2020, total pembiayaan dalam Program Kemitraan Sistem Resi Gudang mencapai Rp30,9 miliar. 


“Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tentunya KBI memiliki peran untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Ke depan KBI akan terus meningkatkan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL), yang tentunya sejalan dengan peningkatan kinerja korporasi,” tutup Fajar Wibhiyadi. * (junita sianturi)