Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Keterbatasan Lahan, Jadi Inspirasi Parno Kembangkan Pertanian IPABE

Parno, petani Deliserdang yang mengembangkan sistem IPABE sejak 2017 lalu. suaratani.com-ika 

SuaraTani.com - Deliserdang| Memiliki lahan  pertanian yang terbatas tidak membuat Parno, seorang petani di Dusun Cilacap Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) kehilangan akal untuk bisa mendapatkan rezeki dalam membiayai keluarga. 

Memiliki  lima orang anak yang sedang menimba ilmu sehingga  membutuhkan biaya yang besar mendorong Parno untuk kreatif memanfaatkan lahan miliknya yang hanya 5 rante atau sekitar 2.000 meter persegi. 

“Jadi kalau saya tak cari akal, tentu saya tak akan bisa sekolahkan anak-anak saya,” ujar Parno ketika ditemui, Senin (29/3/2021).

Parno menuturkan, untuk bisa mendapatkan penghasilan yang cukup, ia mengembangkan sistem pertanian yang disebut IPABE, atau Ikan, Padi dan Cabai. Sejauh ini, sistem yang ia kembangkan sejak tahun 2017 mulai membuahkan hasil. 

“Yang pertama saya tanam itu padi. Setelah padi berumur dua minggu, baru saya tanam cabai merah. Selang dua  minggu setelah itu, baru kita masukkan benih ikan,” tuturnya. 

Nantinya, setelah lima minggu benih ikan dimasukkan, kata Parno, padi sudah bisa dipanen, kemudian disusul panen ikan. 

“Nantinya cabai merah baru akan kita panen setelah itu,” tuturnya.  

Sistem IPABE ini menurut Parno, tidak akan berpengaruh pada hasil  panen. Ia mencontohkan, dari 20.000  benih ikan yang ditebar, ia  bisa mendapatkan hasil 1,7 ton yang jika dikonversi ke rupiah mencapai Rp20 juta. 

Sementara untuk biaya benih dan pakan, biaya yang dikeluarkan berkisar di angka Rp11 juta.  Sisa uang penjualan ikan yang mencapai Rp9 juta itu bisa dipakai untuk modal menanam cabai merah. 

“Jadi saya bisa ambil penghasilan dari penjualan gabah dan cabai merah yang pada waktu panen kemarin saya bisa dapat sekitar Rp40 juta ke Rp50  juta  bersih,” terangnya. 

Pada musim tanam di bulan Juni nanti, Parno berencana menambah satu jenis komoditi lagi yakni bawang merah. Baginya, pola tanam seperti ini tidak akan merepotkan, karena jenis pupuk yang dibutuhkan sama, dan cara perawatan juga sama. 

“Ketika kita mengendalikan hama di cabai, bawang dan padi, tentunya akan jatuh ke bawah. Dan, itu lah nanti yang akan dimakan ikan. Setelah itu, limbah atau kotoran ikan bisa kita naikkan ke atas menjadi pupuk untuk cabai dan bawang merah,” tambahnya. 

Parno berharap, sistem pertanian yang dikembangkannya bisa ditiru petani lain yang memiliki masalah yang sama dengannya yakni memiliki lahan yang terbatas. 

“Sudah saatnya petani diajarkan bagaimana  meningkatkan pendapatan, dan tidak lagi hanya diajarkan bagaimana meningkatkan produksi,” tutupnya. * (ika)