SuaraTani.com - Medan| Bursa di kawasan Asia kembali masuk ke zona positif, seiring sikap optimis pasar menyongsong kebijakan stimulus fiskal yang prosesnya setahap lebih maju mendekati kesepakatan.
Meski demikian pelaku pasar masih dihantui rasa takut dari yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang kerap mengalami kenaikan. Kenaikan Yield bisa membuat kinerja pasar saham tertekan.
Pada sesi pembukaan perdagangan awal pekan ini, IHSG dibuka menguat di level 6.304, dan sejauh ini juga masih mampu bertahan di atas level 6.300. Sementara itu, mata uang Rupiah justeru diperdagangkan melemah di level 14.335 per US Dolar.
“Kinerja Rupiah masih terpuruk dan belum diuntungkan dari kabar stimulus fiskal AS yang digelontorkan nantinya,” kata Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, Senin (8/3/2021), di Medan.
Di pekan ini, kata dia, kedua sentimen itu akan lebih banyak mendominasi pelaku pasar. Dan keduanya memberikan dampak yang berbeda terhadap pasar keuangan.
"Karena itu, pelaku pasar sebaiknya lebih berhati-hati akan volatilitas pasar keuangan yang bisa saja terjadi," ujar Gunawan.
Di sisi lain kata Gunawan, harga minyak mentah dunia meroket menyentuh level US$70 per barel pada hari ini. Serangan bom ke salah satu pusat produksi minyak Arab Saudi memicu kenaikan harga minyak tersebut.
“Akan tetapi pelaku pasar sebaiknya tidak merespon kenaikan tersebut dengan memborong sejumah saham berbasis komoditas yang memang diuntungkan dengan kenaikan harga minyak,” jelasnya.
Kenaikan harga minyak dan potensi komoditas lain seperti batubara, minyak sawit atau komoditas lainnya hanya akan berlangsung sesaat.
"Jadi, jangan merespon berlebihan kenaikan harga komoditas akibat serangan ke sejumlah fasilitas minyak milik Arab Saudi," tutupnya. * (ika)