Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Stok 1,9 Juta Ton, Wamentan Pastikan Stok Pupuk Subsidi Cukup

Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi, didampingi Wakil Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Nugroho Christijanto dan Direktur Utama PT Pupuk Kujang, Maryadi, mengecek kesiapan stok pupuk menjelang Musim Tanam Awal Tahun di gudang Pupuk Kujang. Total stok nasional pupuk subsidi mencapai 1,9 juta ton dan cukup untuk memenuhi kebutuhan 6 minggu ke depan. suaratani.com - ist

SuaraTani.com – Cikampek| Menyambut musim tanam kedua bulan April-Mei 2021, Pupuk Indonesia dan Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan bahwa stok pupuk subsidi tersedia dan akan disalurkan sesuai alokasi yang telah ditetapkan. 

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Harvick Hasnul Qolbi, dalam kunjungan kerjanya ke PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC), Kamis (25/3/2021), menyatakan bahwa stok pupuk subsidi sangat cukup. 

Harvick berharap, ke depan stok pupuk subsidi pada musim tanam dari Pupuk Indonesia, sebesar 1,9 juta ton, dapat terus ditingkatkan. Namun Harvick juga berpesan agar jangan sampai overstock, karena juga akan menimbulkan masalah.

“Saya mengecek stok pupuk kita, alhamdulillah saya lihat sendiri stok pupuk cukup,” jelas Harvick.

Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto menyatakan, guna menghadapi musim tanam ini, Pupuk Indonesia Grup menyiapkan stok pupuk subsidi sekitar 1,9 juta ton. Jumlah ini lebih banyak tiga kali lipat dari ketentuan stok minimum pemerintah. 

Rinciannya, pupuk Urea 1,1 juta ton, NPK Phonska 367 ribu ton, SP-36 156 ribu ton, ZA 185 ribu ton, dan Petroganik 135 ribu ton. 

“Dari jumlah tersebut, stok pupuk subsidi untuk Jawa Barat mencapai sekitar 153 ribu ton. Rinciannya, pupuk Urea 92,4 ribu ton, NPK Phonska 29,4 ribu ton, SP-36 15,1 ribu ton, ZA 8,6 ribu ton, dan Petroganik 7,8 ribu ton,” jelas Nugroho.

Adapun untuk fasilitas distribusi, Pupuk Indonesia saat ini memiliki 9 unit pengantongan, 6 unit Distribution Center (DC), 203 kapal laut, 6.000 lebih truk, 595 gudang dengan kapasitas 3,1 juta ton, dan memiliki jaringan distributor sebanyak 1.200 dengan 29.000 lebih kios resmi.

"Semua fasilitas dan jaringan distribusi Pupuk Indonesia group, kami pastikan berjalan optimal untuk menyambut musim tanan kedua ini," tegas Nugroho.

Sebagai produsen, lanjut Nugroho, Pupuk Indonesia berkewajiban untuk menyalurkan pupuk subsidi sesuai alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Dimana pada tahun 2021 alokasi pupuk subsidi dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 49 Tahun 2020 sebesar 9,04 juta ton dan 1,5 juta liter pupuk organik cair.

Selain kewajiban menyalurkan pupuk subsidi, lanjut Nugroho, Pupuk Indonesia juga menyediakan stok pupuk non-subsidi yang saat ini berjumlah 754 ribu ton. 

“Upaya ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan petani yang belum ter-cover dalam skema pupuk subsidi,” ujar Nugroho.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pertanian juga melakukan kegiatan tanam perdana Program Agrosolution Pupuk Indonesia Grup di Kecamatan Tempuran, Karawang. Pupuk Indonesia menginisiasi program Agro Solution sejak tahun lalu. 

Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui penyediaan input pertanian non-subsidi (pupuk, benih, dan pestisida), akses permodalan, kepastian pengambilan hasil panen (off take), hingga asuransi pertanian. 

Seperti yang dilakukan oleh anggota holding Pupuk Indonesia, yaitu Pupuk Kujang Cikampek di Dusun Bengle, Desa Pancakarya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Lahan uji coba program Agro Solution seluas 210 hektare melibatkan Koperasi Prima Agro.

“Pola ini yang  sedang kami kembangkan, melibatkan banyak pihak, dan pada tahun ini kami menargetkan program Agro Solution di lahan pertanian total seluas 50 ribu hektar,” jelas Nugroho. 

Berdasarkan hasil uji coba pada tanaman padi di Jember, Banyuwangi, Bima, Dompu, Ponorogo, Magetan, dan Madiun, petani binaan program Agro Solution berhasil meningkatkan produktivitas tanamannya, dari rata-rata 6,28 ton menjadi 9,73 ton per hektare, atau meningkat sekitar 55%. 

Dengan demikian, walaupun ada tambahan sedikit biaya untuk menggunakan pupuk non-subsidi, namun hasil produktivitas yang didapat juga cukup signifikan. Sehingga tambahan biaya operasional input pertanian dapat tertutupi dengan tambahan pendapatan dari peningkatan hasil panen. * (junita sianturi)