Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Holding BUMN Jadi Jembatan Integrasi Ekosistem Ultra Mikro

Dekan IPMI International Business School, Roy Sembel. suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Jakarta| Pembentukan holding BUMN untuk sektor ultra mikro (UMi) akan mendorong ekosistem usaha di segmen tersebut lebih terintegrasi. Dengan demikian pemberdayaan usaha UMi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) akan lebih optimal sebagai salah satu tulang punggung perekonomian nasional. 

Diketahui bersama, pemerintah berencana menginterasikan tiga BUMN yang melayani sektor ultra mikro dan UMKM yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. 

Dekan IPMI International Business School, Roy Sembel menekankan pentingnya integrasi menyeluruh di semua ekosistem usaha ultra mikro. Langkah strategis pemerintah tersebut dinilai tepat dan sangat diperlukan di masa pandemi untuk memacu laju ekonomi. 

"Holding ini menjadi jembatan ekosistem ultra mikro. Ini bisa bergabung dan membentuk solusi dan inovasi bersama yang lebih baik dalam melewati pandemi ini," kata Roy Sembel dalam keterangan tertulis, Senin (14/6/2021).

Mengutip data Kementerian Koperasi dan UKM, hingga 2019 lalu segmen usaha UMi mencapai 64,6 juta unit. Jumlah itu setara 98,6% dari total unit usaha secara nasional. Dengan jumlah tersebut, segmen usaha UMi mampu menyedot sekitar 109,8 juta tenaga kerja.

Dengan holding, Roy melanjutkan, potensi yang sangat besar itu akan terjembatani untuk melahirkan solusi dan inovasi bersama dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan.

Pelaku usaha di segmen tersebut tahun ini masih menghadapi kondisi yang cukup sulit. Pelaku bisnis UMi masih banyak yang terpaksa memotong kapasitas produksinya, bahkan rela untuk tidak beroperasi sementara. 

Dia berpendapat solusi pertama yang dapat diusung holding adalah membantu pemulihan pelaku mikro. Hal ini tak sebatas pembiayaan tetapi juga pemberdayaan yang dapat melibatkan banyak pelaku ekonomi termasuk komunitas-komunitas masyarakat. 

"Karena bagaimanapun pelaku mikro saat ini membutuhkan penyelamatan terlebih dahulu. Ini yang dapat mereka lakukan," ucapnya. 

Roy memproyeksikan dengan holding yang ditempuh pemerintah ini, dapat memberi inovasi kepada pelaku usaha UMi untuk lebih aktif dalam digitalisasi usaha. Integrasi yang kuat dan menyeluruh dalam ikatan holding, menyajikan ceruk-ceruk pertumbuhan ekonomi baru bagi pelaku usaha di segmen tersebut. 

"Integrasi internal mereka (dalam holding) dapat dimanfaatkan pelaku mikro untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan bisnis lebih produktif dan lebih kuat," jelasnya. 

Apa yang diungkapkan Roy tersebut sangat beralasan. Pada 2019 lalu, tanpa holding saja sumbangan segmen UMi terhadap PDB mencapai Rp5.913 triliun. Pada periode yang sama potensi ekspor segmen usaha UMi yang masuk dalam kategori non migas memiliki nilai ekonomi hingga Rp30,3 triliun.  

Bisa dibayangkan, potensinya akan berlipat ganda tatkala langkah holding memacu segmen usaha tersebut semakin terintegrasi dan terdigitalisasi. Di samping itu, Roy menyampaikan bentuk holding ini sangat cocok bagi para pelaku usaha UMi untuk penyelamatan dan peningkatan kinerja. 

"Bagaimana pun bentuk holding dapat membuat koordinasi lebih cepat ketimbang aksi korporasi lainnya. Rasaya cita-cita kredit UMKM 30% pun akan menjadi relevan," terang Roy. 

Integrasi ekosistem ultra mikro dari tiga entitas saat ini terus dipersiapkan dan ditargetkan terbentuk dalam tahun ini. Pembentukan holding ultra mikro tersebut sesuai visi pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas layanan keuangan pada segmen ultra mikro. *(ika)