Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ajak Milenial Jadi Petani Lewat Ekosistem Pertanian yang Terintegrasi

Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel.suaratani.com-ist


SuaraTani.com – Jakarta| Pertanian merupakan fondasi ekonomi nasional, sektor strategis yang harus dijaga. Selain menyerap banyak tenaga kerja, pertanian dan para petani merupakan penjaga harkat dan martabat bangsa. Dia pun mengingatkan, agar para pemangku kebijakan mampu membangun ekosistem pertanian sehingga para milenial tertarik untuk menjadi petani.

“(Pertanian) Harus ada solusi terintegrasi. Tak bisa sepotong-sepotong. Jadi harus membangun ekosistem pertanian dari hulu hingga hilir, dari soal modal dan inovasi teknologi hingga soal diversifikasi produk hilir pertanian,” ujar Wakil Ketua DPR RI Rachmat saat webinar bertajuk “Jadi Petani Milenial, Kenapa Tidak?" yang digelar Selasa (31/8/2021). 

Webinar ini juga menghadirkan Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, Wadirut Bank BNI Adi Sulistyowati, dan Guru Besar IPB Prof Dr Ir Hermanto Siregar, MEc. Webinar ini dilatari oleh terus berkurangnya jumlah petani berusia muda dan menuanya usia petani.

Untuk itu,  Gobel mengajak kaum milenial untuk terjun menjadi petani. 

“Tapi ajak mereka dengan perspektif masa depan sambil menjadikan dunia pertanian menarik untuk ditekuni sebagai profesi yang atraktif,” katanya.

Disadarinya, di masa  pandemi ini, petani tetap bekerja sehingga kebutuhan pokok terpenuhi. Dengan produktivitas petani negara dapat memenuhi kebutuhan pangannya. Gobel pun mengungkapkan, akibat perubahan iklim dan terus bertambahnya penduduk dunia, masa depan dunia bisa terancam oleh krisis pangan. 

“Jadi, Indonesia yang memiliki lahan yang luas dan subur harus menjadi lumbung pangan dunia,” ucap Gobel.

Pemikiran strategis seperti itu, katanya, penting untuk dipahami milenial. Gobel mengungkapkan berdasarkan kunjungannya ke berbagai daerah di Indonesia, ia mendapati petani muda sangat bersemangat bertani. Hanya ia mengingatkan bahwa petani dihimpit masalah yang rutin mereka hadapi. 

“Saat tanam sulit dapat pupuk dan bibit, saat panen harga jatuh. Hal-hal ini membuat petani harus menghadapi hal-hal di luar masalah bercocok tanam. Semua itu di luar kendali petani,” kata politisi Partai NasDem itu.

Untuk itu ia mengusulkan penguatan kelembagaan petani seperti koperasi. Menurut Gobel saat ini, petani menghadapi kesulitan permodalan dan keterbatasan sentuhan teknologi pertanian seperti traktor dan mesin pengering gabah. Menurutnya petani Indonesia umumnya masih butuh bantuan permodalan untuk bisa bertani secara modern.

 “Produktivitas komoditas juga masih rendah. Ini yang membuat pertanian tidak atraktif secara ekonomi,” kata Gobel lebih lanjut.

Karena itu, Gobel menyarankan agar selalu ada inovasi untuk meningkatkan kualitas bibit, pupuk, dan peralatan pertanian. Dia bercerita tentang pengalamannya saat uji coba demplot pertanian padi dengan pupuk non subsidi. 

“Memang harga pupuknya lebih mahal, tapi hasilnya meningkat dua kali lipat dan keuntungan petani juga naik berlipat. Apalagi jika gabah hasil panen langsung masuk mesin pengering maka kualitas beras menjadi premium dan potensi kehilangan menjadi zero,” jelasnya.

Hal yang tak kalah penting, kata Gobel, adalah diversifikasi produk hilir pertanian. “Jangan hanya menyentuh sisi hulu, tapi juga harus inovasi di hilir. Agar ada nilai tambah,” tutupnya. *(desi)