Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mahasiswa Universitas Pertamina Asal Medan Juara 1 di Ajang Derrick 2021

Ester Anggreni Simanjuntak, mahasiswi Universitas Pertamina yang berhasil raih juara 1 di ajang Derrick 2021 pada bidang Well Design Competition yang digelar Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Jakarta| Posisi Indonesia yang diapit oleh dua samudera, yakni Samudera Pasifik dan Samudra Atlantik diyakini menjadi faktor penyebab utama Indeks Kesehatan Laut Indonesia berada di angka 65, berdasarkan data yang dilansir dari Ocean Health Index. 

Nilai ini cukup rendah dibandingkan dengan rata-rata global yang berada di point 71. Sementara itu, rangking Indonesia dari 221 negara Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), bercokol di urutan ke 137.

Pencemaran yang terjadi di kedua samudera akan dengan mudah terbawa ke laut Indonesia. Selain itu, limbah mikro plastik dan tumpahan minyak juga berpotensi menyumbang pencemaran di laut Indonesia.

Kondisi ini lantas mendorong Ester Anggreni Simanjuntak, mahasiswi asal Medan yang kini menempuh pendidikan di program studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina, menyoroti dampak pencemaran laut akibat eksplorasi lepas pantai. 

“Tumpahan minyak tidak saja dapat merusak ekosistem laut dan merugikan para nelayan. Perusahaan eksplorasi juga berpotensi menderita kerugian finansial dan reputasi. Belum lagi terancam penalti dari organisasi berwenang,” ungkap Ester dalam wawancara daring, Jumat (15/10/2021).

Tantangan nyata dunia eksplorasi ini memotivasi Ester dan dua mahasiswa lain yakni Fransisca Indah Permatasari dan Larasati Dina Putri, mengajukan gagasan desain pengeboran lepas pantai yang aman dan ramah lingkungan. Tim juga memastikan bahwa dari segi biaya, desain yang ditawarkan sangat efisien.

“Gagasan yang kami ajukan adalah mengganti cairan pengeboran berbasis minyak atau oil based fluida yang biasanya digunakan dalam proses pengeboran batuan, dengan water based fluida. Fluida berbasis minyak berpotensi menyebabkan pencemaran jika dibuang ke laut. Karenanya, kami menggantinya dengan fluida berbasis air yang lebih aman,” tutur Ester.

Beachpedia mencatat dari sekitar 706 juta galon limbah minyak di lautan, operasi pengeboran lepas pantai menyumbang sekitar 2,1% setiap tahunnya. Limbah minyak dari operasi pengeboran lepas pantai salah satunya berasal dari oil based fluida.

Gagasan Ester dan tim, meraih Juara 1 di ajang Derrick 2021 pada bidang Well Design Competition. Derrick merupakan ajang bergengsi tahunan yang diselenggarakan oleh Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu. 

Kejuaraan ini diikuti oleh tim terbaik dari perguruan tinggi bergengsi di Indonesia. Setelah dinyatakan lolos pada preliminary, tim diberikan waktu untuk membuat laporan desain sumur offshore yang berlokasi di Northern Sea, Norwegia.

Diakui tim, kehadiran Mata Kuliah Teknik Pengeboran dan Mata Kuliah Workover and Well Services (Completion), sangat membantu mereka dalam menyusun proposal. 

“Kami juga sudah terbiasa dengan project based learning yang disesuaikan dengan kondisi riil industri energi saat ini. Sehingga, pengetahuan yang kami dapatkan dari pembelajaran di kelas, praktik di laboratorium, sharing para praktisi, dan kunjungan ke industri, dapat kami gabungkan untuk memenuhi tugas berbasis proyek tersebut,” tutur Fransisca, anggota tim lainnya.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Universitas Pertamina Roby Hervindo mengatakan, keberhasilan mahasiswa Universitas Pertamina memenangkan kompetisi bergengsi menunjukkann kalau sistem pengajaran yang mengedepankan triple helix, yaitu kerja sama pendidikan tinggi, perusahaan dan pemerintah, memang efektif dalam mendorong mahasiswa untuk berprestasi dan berkompetisi. 

“Prestasi-prestasi mahasiswa dan mahasiswi kita dalam berbagai kompetisi ini sebagai katalis untuk kami terus meningkatkan kualitas pembelajaran di univesitas. Agar perguruan tinggi mampu menjawab tantangan kebutuhan riil di masyarakat dan industry,” ujar Roby melalui pesan singkat, Senin (18/10/2021).

Diakui Roby, riset yang dihasilkan mahasiswa ini umumnya masih berupa riset ilmiah, sehingga untuk sampai ke tahapan aplikatif skala industri, diperlukan pendalaman. Hal ini dimungkinkan dengan adanya pusat studi atau center of excellence (CoE) di Universitas Pertamina. Saat ini terdapat tujuh COE yang tugasnya merumuskan dan mengajukan solusi inovasi riset aplikatif universitas kepada Pertamina, maupun pihak lain.

“Nah, COE ini sebagai vehicle atau kendaraan untuk inovasi-inovasi riset itu bisa diaplikasikan ke industry,” terangnya. 

Roby juga menegaskan kombinasi pengajaran in-class dan laboratorium dengan pembelajaran riil di lapangan, mampu pendorong lebih baik lagi riset dan inovasi. 

“Ini sesuai dengan prinsip Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang digariskan Mas Menteri Nadiem,” tambahnya. 

Selain meraih Juara 1 pada kategori Well Design, Tim dari Universitas Pertamina juga memboyong dua piala lainnya. Juara 3 pada kategori Drilling Fluid Design Competition yang dimenangkan oleh Muhammad Kenandipa Putrayandra, Mochamad Fa'iq, dan Arbar Laylramadhan. Serta Juara 3 pada kategori Geothermal Case Study Competition yang diraih oleh Chang Karsten Lee Sangkay, Johanes Timoty Jeremi Terok, Donovan Rendi Suherman, dan Serina Andiani Pongtuluran. *(ika)