Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pertamina Ajarkan Santi Tak Hanya Jadi Peternak Kampung

Herlianto, menunjukkan susu kambing rasa kemasan hasil olahan Kelompok Susu Kambing Sejahtera.Untuk produksi susu kambing rasa kemasan ini, Herlianto memanfaatkan susu segar dari ternak kambing yang ia kelola bersama anggota keluarganya.suaratani.com-ika


SuaraTani.com-Siantar| Sudah puluhan  tahun, Santi, warga Jalan Batu Permata Raya, Kelurahan Bakapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, berusaha menghidupi diri dan keluarganya dari hasil ternak kambing.

Namun, kian hari, penghasilan dari menjual hewan ternak terasa semakin kecil, jika dibandingkan dengan pengeluaran sehari-hari ditambah biaya kebutuhan dua orang anaknya yang semakin besar.  Sementara penghasilan tambahan dari sang suami sebagai kernet truk hanya Rp400 ribu per minggu.

Santi berniat memperbanyak anakan kambing, sehingga bisa menghasilkan untung yang lebih banyak. Namun, modal masih menjadi kendala. Dia merasa belum dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan perbankan untuk menarik kredit.   

Memang ada tawaran rentenir yang relatif aktif mencari nasabah. Namun, bunga yang diberlakukan terlalu tinggi. Dia khawatir, penghasilan yang diperoleh tidak mampu membayar cicilan bunga dan pokok. Soalnya, perputaran modal baru bisa menghasilkan uang minimal 8 bulan dari hasil penjualan ternak. Dia tidak ingin memunculkan masalah baru, yaitu terlilit utang.

Di tengah kegundahan hatinya, pada tiga tahun lalu, Santi mendengar bahwa PT Pertamina Fuel Terminal (FT) Siantar  memiliki Program Kemitraan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Tujuannya menjadikan UMKM tangguh, mandiri dan bermanfaat berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasi Pertamina.

Santi dan suaminya, Herlianto, mencari informasi dan mendaftarkan diri dalam Program Kemitraan UMKM. Salah satu bentuk realisasi komitmen Pertamina sebagai bakti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bagi Indonesia dan menjadi agen pembangunan negara di bidang ekonomi daerah. 

Di tempat yang sama, Herlianto menjelaskan kerabat keluarga ikut mendorong mereka mengajukan permohonan. Hasilnya, proposal mereka disetujui. Tahun pertama, mereka mendapat bantuan kambing dan bahan kandang. Di tahun ke dua, mendapatkan bantuan kambing ditambah mesih untuk mengolah pakan.

Alih pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari Program Kemitraan UMKM pendampingan dari PT Pertamina Fuel Terminal, ikut mengubah paradigma Santi dari peternak kampung (hanya memasarkan ternak di kampung) menjadi peternak inovatif yang mampu meningkatkan produksi dan memperluas pasar ke luar daerah.  

Sejalan dengan tagline Pertamina di awal tahun 2021, yaitu Energizing You, usaha peternakan Santi mendapatkan saluran energi baru untuk mulai bertransformasi. Dari hanya menjual ternak menjadi produsen susu kambing, eskrim dan susu kemasan. Dalam sehari, minimal dihasilkan 7 liter susu segar. Harga jualnya Rp60 ribu per liter. 

Perputaran modal yang tadinya harus menanti minimal 8 bulan, sekarang sudah bisa menghasilkan pendapatan harian. Jumlah ternak juga bertambah. Dari bantuan sebanyak 30-an ekor kambing, saat ini mereka telah memelihara 70 ekor kambing, anakan dan induk, yang sudah bisa menghasilkan susu.

“Padahal dulu, kami harus menunggu minimal 8 bulan baru bisa mendapatkan uang dari hasil penjualan ternak. Kami tidak kepikiran kalau masih ada yang bisa dijual selain dalam bentuk ternak saja," kata Santi yang saat berbincang didampingi Herlianto, menjelang akhir Oktober 2021.  

Kemudian, jika sebelumnya mereka hanya mengandalkan pakan ternak dari rerumputan, kini mereka telah bisa menghasilkan pakan dari pakan konsentrat. Pakan jenis ini, dapat mempercepat pertumbuhan ternak dan meningkatkan produksi susu. Selain itu, Pertamina juga mengajarkan cara pemasaran di media sosial.

Tidak hanya di persoalan teknis budidaya dan bisnis peternakan, Pertamina juga membantu menjadikan usaha mereka menjadi lebih terorganisir, sehingga dapat menggalanng kekuatan bersama, terutama dari produksi dan pemasaran. Organisasnya diberi nama Kelompok Susu Kambing Sejahtera. 

“Selama menjadi dampingan, Pertamina tidak hanya memberikan bantuan peralatan, tetapi juga kesempatan bagi kami untuk mendapatkan pelatihan, dari menghasilkan produk olahan hingga cara memasarkan produk memanfaatkan  media sosial. Pertamina yang akan ikutkan kami di pelatihan. Kami tinggal belajar saja," tuturnya. 

Semua hasil yang diperoleh peternak ini, sejalan dengan upaya Pertamina memperkuat inovasi bisnis atau membangun kolaborasi baik di lingkungan internal maupun eksternal perusahaan, sebagai lokomotif perekonomian dan industri nasional.

Bagi Pertamina FT Siantar, pemilihan Kelompok Susu Kambing Sejahtera sebagai dampingan bukan tanpa pertimbangan matang. Apalagi dana yang dikucurkan untuk membantu kelompok ini bisa dibilang cukup besar.  

“Setidaknya selama 3 tahun jadi dampingan, kami sudah mengucurkan Rp250 juta untuk pembelian kambing, bahan membangun kandang, termasuk juga biaya pelatihan,” ujar Nova, Community Development Officer Pertamina FT Siantar.  

Potensi ekonomi yang besar dari penjualan susu kambing menjadi salah satu pertimbangan utama Pertamina melakukan pendampingan. 

“Setiap harinya, 7 liter susu segar kambing yang mereka hasilkan itu pasti laku terjual, kan ini bisa menambah penghasilan mereka,” kata Nova. 

Saat ini, ada 6 kelompok yang menjadi penerima dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah disiapkan Pertamina.  Tidak hanya yang bergerak di bidang ekonomi, para penerima Program CSR juga bergerak di bidang lingkungan, seperti bank sampah dan juga peduli sungai. *(ika)