Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kelapa Sawit Dorong Kenaikan NTP Sumut di Bulan Oktober

Petani mengumpulkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang akan dibawa ke Pabrik Kelapa Sawit. Di bulan Oktober, kelapa sawit menjadi komoditi pendorong kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) di Sumut.suaratani.com-dok


SuaraTani.com – Medan| Nilai Tukar Petani (NTP) di Sumatera Utara (Sumut) di bulan Oktober tercatat sebesar 123,21 atau naik 2,16% dibandingkan dengan NTP September 2021, yaitu sebesar 120,61.

Kenaikan NTP ini menurut Kepala Badan Pusat Stastik (BPS) Provinsi Sumut Syech Suhaimi didorong naiknya NTP pada empat subsektor,yaitu NTP subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,65%, NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 3,71%, NTP Subsektor Peternakan sebesar 0,26%, dan NTP subsektor Perikanan sebesar 0,78%. 

“Sementara untuk NTP subsektor Hortikultura mengalami penurunan sebesar 1,26%,” ujar Syech Suhaimi di Medan, Senin (1/11/2021).

Pada Oktober 2021 kata Syech, beberapa komoditas produksi pertanian memberikan andil terbesar terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) di daerah perdesaan Sumut. 

Pada subsektor Tanaman Pangan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTPP adalah komoditas gabah sebesar 0,34% dan jagung sebesar 0,12%. 

Pada subsektor Hortikultura, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap penurunan NTPH, diantaranya kentang sebesar 0,32%, tomat sebesar 0,17%, dan cabe hijau sebesar 0,12%. 

Pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTPR, yaitu kelapa sawit sebesar 3,74%, karet sebesar 0,22%, dan kakao/coklat biji sebesar 0,06%. 

Pada subsektor Peternakan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTPT, yaitu ayam ras pedaging sebesar 0,35%. 

“Pada subsektor Perikanan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTNP, diantaranya kepiting payau sebesar 0,72%, ikan kembung (kombong/ sumbo) sebesar 0,36%, dan ikan nila tawar sebesar 0,13%,” kata Syech. 

Disebutkannya, NTP ini merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib).

Di bulan Oktober, It Provinsi Sumut mengalami kenaikan sebesar 2,04% dibandingkan dengan It September 2021, yaitu dari 129,06 menjadi 131,69. 

Kenaikan It terjadi pada empat subsektor, yaitu It subsektor tanaman pangan sebesar 0,49%, It subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 3,57%, It subsektor Peternakan sebesar 0,28%, dan It subsektor perikanan sebesar 0,68%. Sementara, It subsektor hortikultura mengalami penurunan penurunan sebesar 1,35%.

“Sedangkan Ib mengalami penurunan sebesar 0,12% dibandingkan dengan Ib September 2021, yaitu dari 107,01 menjadi 106,88. Penurunan Ib terjadi pada empat subsektor, yaitu Ib subsektor tanaman pangan sebesar 0,15%, Ib subsektor hortikultura sebesar 0,09%, Ib subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,14%, dan Ib subsektor perikanan sebesar 0,10%. Sementara, Ib subsektor peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,02%,” sebutnya. 

Lebih jauh diterangkan Syech, untuk kondisi inflasi atau pun deflasi  di daerah pedesaan di Sumut tergambar pada perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT). 

“Pada Oktober 2021, daerah perdesaan di Sumut juga mengalami deflasi sebesar 0,24%,” terangnya.

Sementara terkait Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sumut, di bulan Oktober 2021 tercatat sebesar 123,04 atau   terjadi kenaikan 1,79% dibanding NTUP bulan sebelumnya.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. *(ika)