Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kolaborasi dengan Starbucks, TPL Selenggarakan Sekolah Kopi untuk 115 Petani

Para petani sangat antusias mendengarkan penjelasan tentang budidaya tanaman kopi yang diselenggarakan PT TPL berkolaborsi dengan Starbucks Farmer Support Centre, Berastagi. Untuk meningkatkan kualitas kopi yang dihasilkan petani, PT TPL menyelenggarakan Sekolah Kopi bagi 115 petani. suaratani.com - ist 
 

SuaraTani.com – Medan| Sejak November hingga Desember 2021, PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) menyelenggarakan sekolah kopi dengan jumlah peserta berkisar 115 orang. Petani kopi yang mengikuti Sekolah Kopi adalah masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasional perusahaan baik di Mill (Pabrik) maupun Sektor.

Pelatihan di Sekolah Kopi ini untuk mengetahui potensi yang dimiliki para petani yang ada di Ring I wilayah operasional perusahaan, sehingga perusahaan dapat membantu pengembangan mereka.

Para petani kopi yakni berasal dari Desa Banjar Ganjang dan Tangga Batu II (Mill, Kabupaten Toba), Desa Sidulang Simangulahi, Lobu Sihandangon, Parsoburan, Lumban Ruap, Sabungan Nihuta IV dan Pohan Jae (Sektor Habinsaran, Kabupaten Toba dan Tapanuli Utara).

Kemudian, Sihaporas dan Pondok Buluh (Sektor Aek Nauli, Kabupaten Simalungun), Aek Raja, Horisan Ranggitgit dan Huta Tinggi (Aek Raja, Kabupaten Tapanuli Utara) serta Desa Simataniari (Sektor Tele, Kabupaten Samosir). 

Pelaksanaannya terbagi di 2 lokasi, yaitu di Saribu Dolok, Kabupaten Simalungun dan Kebun Percontohan SSC Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput).

Seorang peserta pelatihan sekolah kopi, Asbel Purba, mengucapkan terima kasihnya karena telah diikutkan dalam kegiatan ini. Sehari-harinya, Asbel merupakan Perangkat Desa Simataniari yang juga bertani kopi dan memiliki tanaman sebanyak 200 batang.

“Sebenarnya di Desa Simataniari, budidaya penanaman kopi itu masih tradisional. Banyak hal dan ilmu yang baru kami ketahui pada pelatihan ini. Kami diajarkan bagaimana cara menanam kopi yang baik, contohnya, cara pembuatan lubang. Biasanya kami membuat lubang asal-asalan. Di sekolah ini kami jadi tahu bahwa ada patokannya sesuai yang diterangkan trainer,” kata Asbel, Senin (29/11/2021).

Pelatihan ini diadakan dalam dua tahap, yang berkolaborasi dengan Starbucks Farmer Support Centre, Berastagi dengan mendatangkan pelatih kopi, yakni Surip Mawardi selaku Kepala Agronomi dan General Manager Starbucks Farmer Support Centre Indonesia. 

Pada tahap pertama, para petani akan dilatih mengenai budidaya kopi dan pada tahap kedua lebih mengarah pasca panen kopi.

Para petani, kata Surip, sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Karena masih awal, sifat pelatihan ini mengarah ke pengenalan budidaya umum mengenai kopi dengan pendekatan yang lebih ringan karena kebanyakan peserta adalah orang dewasa. 

Sebagian besar mereka dibawa langsung ke lapangan, melihat prakteknya agar tidak membosankan seperti di dalam ruangan kelas. Sehingga para petani akan lebih mudah menyerap materi.

Surip mengharapkan para petani tidak hanya belajar namun juga mengaplikasikan ilmu yang diperoleh sehingga dapat meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas dan mutu kopi.

Sumatera sendiri, kata dia, memiliki potensi kopi arabika yang luar biasa dan cita rasanya khas. Sulit ditandingin bahkan disamai dari wilayah manapun. Termasuk dalam golongan kopi yang mahal. 

“Kami dari Starbucks dengan senang hati membantu para petani mendapatkan kesejahteraannya. Melalui pelatihan ini, Starbucks ingin menunjukkan dedikasi kepada para petani di dunia termasuk Indonesia. Tentunya berkolaborasi dengan dukungan TPL untuk membuat semacam Demo Farm (Metode Penyuluhan Lapangan), supaya lebih nyata di lapangan,” tambah Surip.

Manager Community Development TPL, Ramida Siringo-ringo didampingi Community Development Officer, Tasya Sirait, mengatakan, tujuan memberikan pelatihan kepada para petani ini agar mereka dapat mengenali mutu dan mendapatkan edukasi yang baik untuk menghasilkan kopi berkualitas tinggi.

“Melalui pelatihan di sekolah kopi ini, TPL hadir berkontribusi kepada para petani untuk memberikan pengetahuan baru mengenai penanaman kopi yang baik, efektif dan efisien. 

Diantaranya, para petani jadi tahu bagaimana membuat lubang tanam menggunakan alat yang lebih cepat dan modern dibandingkan dengan metode konvensional menggunakan cangkul. 

Ramida menyampaikan, setelah mengikuti pelatihan ini, pendampingan dan monitoring akan tetap dilakukan kepada para petani. Bibit kopi, gunting potong dan hal lainnya juga telah diberikan sebagai bentuk dukungan agar para petani bersemangat menerapkan ilmu baru yang telah diterima.

“Harapannya ke depan, para petani dapat menerapkan pengetahuan yang telah di dapatkan untuk meningkatkan kualitas kopi yang dihasilkan sehingga dapat menjadi Local Champion dan menjadi contoh bagi petani lainnya,” sebut Ramida.* (junita sianturi)