SuaraTani.com – Medan| Harga jahe merah yang tak kunjung membaik memaksa Jenny Sidebang, seorang petani di Desa Tinada Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat harus mengikhlaskan tanaman jahe merah miliknya membusuk tanpa dipanen. Padahal ia sudah menunggu lebih dari tiga bulan dari masa panen di bulan November 2021.
“Harga jahe merah masih bertahan Rp6.000 per kilogram (kg), jadi yah sudah aku ikhlaskan saja,” kata Jenny saat dihubungi, Senin (24/1/2022).
Jenny mengaku, dari masa panen yang dimulai November lalu, ia mencoba memasarkan jahe merah secara eceran. Dan yang mampu terjual sekitar 1 ton.
“Sementara dari lahan yang aku gunakan, setidaknya bisa menghasilkan 6 ton. Jadi bisa dibilang, 4 hingga 5 ton terpaksa aku biarkan membusuk,” kata Jenny.
Jenny menyebut, anjloknya harga jahe merah ini membuatnya harus mengalami kerugian sekitar Rp25 juta, yang dikeluarkannya sejak mulai menanam.
“Makanya aku belum bisa menanam lagi, karena kehabisan modal,” sebutnya sambil tertawa.
Sejauh ini Jenny belum memutuskan apakah akan menanam jahe merah atau tanaman lain.
“Aku masih nunggu hasil panen kopi biar ada modal lagi. Sambil nunggu kopi panen, aku pun masih mikir apakah nanam cabai atau tanaman yang lain. Kalau jahe merah, mungkin pun kalau nanam gak sebanyak yang sekarang lah,” tandasnya.
Anjloknya harga jahe merah sudah berlangsung sejak Oktober 2021 lalu. Di Simalungun, harga jahe merah dibanderol di kisaran harga Rp1.000 hingga Rp2.500 per kg. *(ika)

