Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemerintah Harus Intervensi Harga Pupuk yang Bertahan Mahal

Pemerhati ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin.suaratani.com-dok

SuaraTani.com – Medan| Harga pupuk belakangan mengalami konjakan yang cukup tajam. Dalam 4 bulan terkahir harga pupuk non subsidi telah mengalami lonjakan lebih dari 50%, sementara pestisida dari hasil pengamatan selama 2 bulan terkahir telah mengalami lonjakan harga sekitar 70%. Dari hasil observasi di lapangan, peningkatan permintaan pupuk yang signifikan itu datang dari petani sawit.

Pemerhati ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan, sejak harga sawit menaglami kenaikan signifikan di kuartal ke 3 - 4 2021, terjadi peningkatan permintaan pupuk oleh para petani sawit. 

Kenaikan harga sawit membuat petani sawit memiliki kemampuan untuk merawat kembali tanaman sawitnya. Alhasil banyak petani sawit yang berbalik merawat tanaman sawitnya, setelah sebelumnya tidak begitu merawat atau bahkan mengabaikan tanamannya.

Dan kenaikan harga pupuk mapupun pestisida polanya juga tidak begitu jauh berbeda dengan pola kenaikan harga sawit di tahun 2021 kemarin. Terjadi kenaikan pada waktu yang hampir sama, khususnya di kuartal keempat yang terjadi lompatan besar kenaikan harga sawit.

“Akan tetapi kenaikan harga sawit yang fantastis serta nilai tukar petani (NTP) tanaman perkebunan yang nilainya di atas 150, membuat saya yakin sekali kalau dari hasil perhitungan saya, kenaikan harga sawit tersebut mampu menutupi kebutuhan pupuk maupun pestisida yang harganya naik. Jadi pada dasarnya petani sawit masih menikmati hasil atau keuntungan dari tanamannya,” kata Gunawan di Medan, Senin (17/1/2022).

Sayangnya kata Gunawan, kenaikan harga sawit tersebut  memiliki dampak negatif. Harga minyak goreng yang naik tinggi, dan dampak lainnya adalah secara langsung kenaikan harga pupuk akan meningkatkan biaya pengolahan lahan maupun tanaman. 

“Tapi saya menilai kenaikan harga sawit lebih banyak memberikan manfaat bagi ekonomi di wilayah Sumatera Utara. Hanya saja, kita perlu melakukan meminimalisir dampak negatif dari kenaikan harga sawit itu sendiri,” katanya.

Salah satu yang perlu diminimalisir menurut Gunawan adalah kenaikan harga pupuk non subsidi dan pestisida. Karena, kenaikan harga pupuk memicu kenaikan harga komoditi lainnya. 

Untuk itu, kehadiran pemerintah terutama dinas terkait sangat dibutuhkan. Selain meredam kenaikan harga, tentunya juga kesiapan menyediakan pupuk subsidi yang memadai. Hal ini supaya petani tetap sejahtera, serta harga pangan bisa lebih bersahabat dengan konsumen. 

“Kita tidak bisa menyalahkan bahwa keniakan harga ini karena petani sawit, tetapi pola pikirnya harus diubah, bahwa kita harus bersiap dalam situasi apapun untuk menjaga kemaslahatan masyarakat khususnya masyarakat Sumatera Utara,” tutupnya. *(ika) .