Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Diskanla Sumut akan Turunkan Tim Monitoring Red Devil di Danau Toba

Ikan red devil atau ikan iblis merah atau ikan tayo-tayo yang menjadi predator ikan-ikan di perairan Danau Toba, Sumatera Utara. suaratani.com - ist

SuaraTani.com – Medan| Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskanla) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), akan mengambil langkah-langkah terkait penanganan ikan red devil atau ikan iblis merah atau ikan tayo-tayo yang sudah menghabiskan ikan yang ada di perairan Danau Toba.   

“Sebelumnya, saya sampaikan bahwa di samping kita sudah membaca dan mendapat masukan dari stakeholder terkait keberadaan ikan red devil di Danau Toba beberapa minggu lalu, Bupati Toba, Poltak Sitorus juga langsung menghubungi saya terkait hal ini,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumut, Mulyadi Simatupang ketika dihubungi SuaraTani.com, melalui WhatsApp, Jumat (15/4/2022).

Menurut Mulyadi, dari keterangan staf teknisnya bahwa kemungkinan besar ikan ini berasal dari orang-orang yang kurang bertanggungjawab melepasnya di Danau Toba karena ikan ini mirip dengan ikan hias.

“Awalnya orang iseng, melepasnya di Danau Toba dan tidak menduga akan berkembang biak. Ternyata ikan ini sejenis ikan predator,” jelasnya.

Karena itu, kata Mulyadi, dalam waktu dekat pihaknya akan mengambil sejumlah langkah-langkah. Pertama, dirinya sudah membentuk tim teknis yang terdiri dari berbagai bidang dan UPT dari Diskanla seperti dari unsur perikanan budidaya, penangkapan, dan pengawasan, laboratorium.

Kedua, tim akan turun secepatnya ke lapangan untuk monitoring dan survei cepat mengambil data-data fisik dan sosia di masyarakat.

Ketiga, hasil tim di lapangan akan ditelaah dan akan mengundang kabupaten se-kawasan Danau Toba sambil diskusi mengenai langkah-langkah apa yang segera diambil.

“Sebagai Kadis, saya sudah punya bayangan atau strategi juga untuk solusinya. Diantaranya, pemerintah daerah bekerjasama dengan masyarakat nelayan untuk menangkap ikan tersebut. Kita menyediakan uang pengganti, katakanlah pengganti tenaga, misalnya  menghargai ikan yang ditangkap tersebut seharga Rp5.000 sampai Rp10.000 per kilogram. Karena ikan tersebut juga tidak dapat dikonsumsi,” terang Mulyadi. 

Langkah berikutnya, adalah pihaknya sedang mencari  penampung ikan tersebut untuk dimanfaatkan atau diolah  sebagai pakan ikan.

Lantas, kapankah langkah-langkah tersebut akan dilakukan? Menurut Mulyadi, minggu depan tim yang telah dibentuk itu akan turun ke lapangan selama dua atau tiga hari.

“Kembali dari lapangan segera buat laporan dan akan kita ekspose ke media. Jadi, kemungkinan habis lebaran sudah terlaksana. Tetapi itukan target kita, lebih cepat lebih baik,” tutupnya.

Dari berbagai informasi yang dihimpun, ikan iblis merah ini telah menyerang berbagai jenis ikan yang berada di perairan Danau Toba seperti ikan mas, ikan nila, ikan  mujair, dan ikan endemik lainnya. Hal itu membuat para nelayan menjadi kesulitan untuk mendapatkan ikan yang selama ini dicarinya. * (junita sianturi)