
Selain itu, inflasi juga diprediksi akan dipengaruhi harga pupuk dan pakan ternak yang masih tinggi, serta tarif angkutan udara yang masih tinggi seiring mobilitas masyarakat dan perkembangan harga avtur dunia.
“Sehingga kami memperkirakan inflasi Sumut akan lebih tinggi dari tahun 2021, dan berpotensi berada di atas rentang target inflasi nasional,” ujar Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Ibrahim dalam Bincang Bareng Media yang digelar secara hybrid, Senin (27/6/2022).
Dikatakan Ibrahim, peningkatan inflasi juga didorong oleh membaiknya pendapatan masyarakat seiring dengan kian pulihnya perekonomian, berlanjutnya konflik geopolitik, kebijakan zero covid di Tiongkok, kenaikan harga energi dan pangan global, kebijakan proteksionisme pangan beberapa negara, serta faktor gangguan cuaca.
Meski demikian, kata Ibrahim, Sumut masih berpeluang mampu menekan laju inflasi. Setidaknya ada beberapa faktor yang bisa membantu.
Misalnya potensi peningkatan produktivitas pangan yang menjadi kekuatan Sumut, pulihnya kelancaran distribusi seiring dengan pelonggaran restriksi mobilitas. Kemudian adanya kebijakan pemerintah untuk menahan tekanan inflasi dengan menaikkan anggaran subsidi energi.
“Termasuk rasa percaya diri masyarakat dan bisnis untuk melakukan konsumsi dan investasi yang tertahan oleh kehati-hatian dan sikap wait and see atau menunggu terkait situasi pandemi dan ketidakpastian global,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Ibrahim, BI bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) perlu melaksanakan kebijakan yang tepat untuk mengantisipasi tekanan inflasi khususnya pada kelompok bahan makanan, melalui upaya keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, peningkatan produksi bahan makanan, dan kelancaran distribusi.
“Bank Indonesia bersama TPID terus menghimbau masyarakat untuk melakukan belanja secara bijak sesuai dengan kebutuhan,” pungkasnya. *(ika)