Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kasus Covid 19 Bertambah Sebabkan Pasar Keuangan Dalam Tekanan

Pasar Keuangan mengalami tekanan seiring dengan peningkatan jumlah kasus Covid-19.suaratani.com-dok 


SuaraTani.com – Medan| Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami koreksi dalam 3 hari berturut turut. Bahkan koreksi di hari pertama pekan ini mengabaikan sentimen positif kinerja bursa global yang mampu rebound sejak akhir pekan sebelumnya. Namun kinerja mata uang rupiah meskipun pada hari ini diperdagangkan melemah, namun rupiah justru mampu menguat di awal pekan.

Analis keuangan Suumatera Utara 9Suumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, sejauh ini fokus pasar masih tertuju pada perkembangan data ekonomi di sejumlah banyak negara dan diprediksi belum akan menjadi ancaman bagi ekonomi nasional. 

Beberapa data ekonomi penting seperti kepercayaan konsumen yang turun di AS maupun di Eropa (Jerman) pada dasarnya belum memberikan tekanan besar pada pasar keuangan kita.

IHSG ditutup turun 0.77% pada hari ini di level 6.942,35, dan rupiah yang melemah di kisaran level 14.853 per US Dolar pada perdagangan sore ini. Setidaknya lebih didominasi oleh kekhawatiran akan peningkatan jumlah kasus Covid-19 di tanah air. 

“Ancaman penambahan kasus ini lebih besar dibandingkan dengan memburuknya kinerja data ekonomi global, hingga tensi geopolitik yang belum mereda,” kata Gunawan Benjamin di Medan, Rabu 929/6/2022).

Ancaman inflasi menurut Gunawan masih akan terus terjadi, dan kemungkinan resesi AS yang dicerminkan oleh realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang negatif, sebenarnya bukanlah hal baru yang dikuatirkan akan menekan kinerja pasar keuangan nasional.

“Saya menilai pelaku pasar kian mengkhawatirkan penambahan jumlah kasus Covid-19 di tanah air. Dan ini juga ditambah dengan penambahan jumlah kasus Covid 19 di Negara jiran tetangga kita yakni Singapura, yang melompat tinggi,” ujarnya.

Dikatakannya, pelaku pasar mulai takut kalau kalau respon pemerintah dalam menghadapi lonjakan kasus Covid 19 itu dilakukan dengan cara pembatasan aktifitas masyarakat atau PPKM seperti yang sebelumnya dilakukan. Terlebih pemerintah juga memperkirakan penambahan jumlah kasus akan mencapai puncaknya pada pertengahan Juli mendatang.

“Kalau berandai-andai bahwa pemerintah akan meningkatkan level PPKM masyarakat, maka ekonomi nasional berpeluang untuk masuk ke dalam jurang resesi, karena Covid 19 juga pernah membuat kita masuk dalam jurang resesi sebelumnya. Dan ancaman resesi ditengah kondisi ekonomi yang serba sulit saat ini, tentunya berpeluang membuat prospek ekonomi kedepan lebih buram, dibandingkan masa resesi yang terjadi saat muncul pandemic covid 19 di tahun 2020,” pungkasnya. *(ika)