Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bulan Juni, Nilai Ekspor Sumut Capai US$1,26 Miliar

Kapal MV Mathu Bhum bersiap lepas jangkar dari Pelabuhan Laut Belawan, Minggu (7/8/2022).Di bulan Juni, nilai ekspor Sumut tercatat US$1,26 miliar, naik 65,87& jika dibandingkan Mei 2022.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Nilai ekspor Sumatera Utara (Sumut) di bulan Juni 2022 tercatat sebesar US$1,26 miliar. Capaian ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni 65,87% jika dibandingkan periode Mei 2022 yang tercatat sebesar US$761,859. Sementara jika dibandingkan periode Juni 2021, nilai ekspor ini naik 43,30% atau naik dari US$831,860.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumut, Nurul Hasanudin, mengatakan, kenaikan nilai ekspor di bulan Juni ditopang kenaikan nilai ekspor sektor industri yang tercatat sebesar 95,19%. Porsi ini sedikit lebih tinggi dibandingkan periode Mei 2022 yang tercatat sebesar 94,32%.

“Untuk kontribusi sektor pertanian, di bulan Juni itu tercatat sebesar 4,80%, sektor tambang dan lainnya sebesar 0,1%. Sedangkan di bulan Mei, sektor pertanian menyumbang 5,68%, sementara sektor tambang dan lainnya tidak memberikan kontribusi apa pun,” ujar Nurul di Medan, Rabu (10/8/2022).

Secara terpisah, pemerhati ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, meski meningkat jika dibandingkan Mei, tetapi capaian ini masih lebih rendah dibandingkan bulan April yang tercatat sebesar US$1,29 miliar. 

“Karena kan di bulan Mei itu ada kebijakan  DMO/DPO untuk produk turunan kelapa sawit, selain itu  juga dipicu oleh libur panjang Idul fitri. Sehingga Sumut banyak kehilangan devisa di bulan Mei tersebut,” kata Gunawan. 

Di bulan Juni, lanjut Gunawan, harga CPO berada di fase penurunan dari kisaran RM5.500 menuju RM4.500 per ton. Di saat itu, realisasi ekspornya justru bisa mendekati realisasi ekspor bulan April. Padahal relaksasi kebijakan pelonggaran ekspor belum sepenuhnya pulih. Tetapi lihat realisasi ekspornya dalam nominal mengalami pemulihan, meskipun dalam bentuk kuantitas barang jumlahnya belum tentu mendekati atau sama dengan realisasi april sebelumnya.

“Sehingga bisa kita lihat bahwa kenaikan ekspor pada bulan juni ini belum memposisikan ekspor Sumut berada dalam kondisi yang pulih. Kebijakan internal memaksa ekspor Sumut anjlok, dan pendapatan devisa berkurang. Bahkan saya menghitung, di bulan Mei saja Sumut mengalami potensi kehilangan devisa ekspor sebesar US$1.09 miliar,” tuturnya.

Jadi kalau berbicara ekspor, jelas Sumut masih babak belur. Luka yang diakibatkan dari kebijakan DMO/ DPO tersebut belum sepenuhnya terobati, meski kalau berbicara dampak positif dari kebijakan tersebut juga tidak kalah besar, yakni harga minyak goreng khususnya minyak goreng curah yang turun sesuai HET.

“Jadi kerugian yang diakibatkan dari kinerja ekspor Sumut khususnya dari produk turunan minyak kelapa sawit, sangat membebani pengusaha, petani, dan tentunya devisa negara. Tetapi inilah pilihan kebijakan yang ditempuh, tidak menyenangkan semua pihak, dan sayangnya telah memakan banyak korban,” pungkasnya. *(ika)