Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ubah Limbah Jadi Bahan Baku NPK, Petrokimia Gresik Hemat Rp7,4 Miliar

Booth GIO FABA di acara FIQI.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Gresik| Petrokimia Gresik kembali menghadirkan terobosan baru di bidang pupuk majemuk dengan mengubah limbah batu bara atau  Fly Ash-Bottom Ash  (FABA) menjadi bahan baku pengisi (filler) pupuk NPK, menggantikan  clay. 

Melalui inovasi ini, perusahaan mampu menghemat hingga Rp7,4 miliar yang diperoleh dari penurunan biaya pengelolaan limbah serta pembelian clay.

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, menyampaikan bahwa, terobosan terbaru ini berhasil mengantarkan Petrokimia Gresik yang merupakan anggota holding Pupuk Indonesia   sebagai  Grand   Champion  dalam   ajang   Pupuk   Indonesia   Quality   Improvement (PIQI) 2022, beberapa waktu lalu.

“Apresiasi juga datang dari banyak pihak. Temuan  ini sudah  disampaikan pada sejumlah seminar level nasional dan internasional, menjadi dasar dalam pembuatan naskah akademik Balitbangtan   Kementerian Pertanian, serta sudah diadopsi oleh teman-teman dari Pusri Palembang. Petrokimia   Gresik juga sudah mendapatkan surat pencatatan ciptaan atas inovasi ini,” tandas Dwi Satriyo.

Sebagai perusahaan Solusi Agroindustri, Petrokimia Gresik merupakan pioneer pupuk majemuk di   tanah air yang saat ini menjadi produsen NPK terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi   mencapai 2,7 juta ton/tahun. Meski demikian, Petrokimia Gresik tidak berpuas diri dan terus menghadirkan terobosan untuk meningkatkan daya saing NPK.

“Dari hasil uji coba, pemanfaatan FABA sebagai pengganti clay dalam pembuatan pupuk NPK masih dalam batasan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil pengaplikasian pupuknya pada tanaman padi juga memiliki kualitas yang sama baiknya dengan pupuk NPK tanpa FABA,” tandasnya.

Inovasi ini, lanjut Dwi Satriyo, dilatarbelakangi status FABA yang tidak lagi masuk dalam golongan Bahan   Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun  2021. Sehingga Petrokimia Gresik melihat  perubahan status ini  sebagai peluang untuk substitusi bahan baku NPK.

Bahan baku pembuatan pupuk NPK sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahan baku  utama  (main material) yang membawa unsur hara seperti Nitrogen  (N), Fosfor (P), Kalium (K) dan Sulfur (S), serta bahan baku filleryang berfungsi sebagai bahan pelengkap sekaligus perekat untuk semua bahan   baku agar menghasilkan produk granul yang sempurna.

Pada umumnya, bahan baku filler pada pupuk NPK menggunakan white clay yang biasanya diperoleh   dari tambang bahan baku semen. Dengan memanfaatkan FABA yang sudah tersedia, Petrokimia Gresik tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pembelian clay.

Selain itu, pemanfaatan FABA sebagai pengganti bahan baku filler NPK juga mampu menekan biaya pengelolaan limbah FABA dari yang sebelumnya mencapai Rp269 juta/bulan menjadi nol rupiah atau   turun 100%.   

Dampak positif lain dari inovasi ini yaitu, meningkatkan kualitas lingkungan karena limbah dapat termanfaatkan dengan optimal (zero waste), mengurangi nilai  risiko gangguan  kesehatan  dan keselamatan, serta kenyamanan dalam bekerja menjadi lebih baik.

“FABA memiliki karakteristik dan kandungan yang sama dengan clay. Melalui inovasi ini tentu akan semakin meningkatkan competitiveness NPK yang kami produksi, sehingga manfaatnya juga dapat dirasakan oleh petani sebagai konsumen kami,” tutup Dwi Satriyo.

Sebagai informasi, Petrokimia Gresik dalam ajang PIQI 2022 ini menerjunkan sebanyak enam tim inovasi, antara lain Tim Marion, Tim Focus, GIO FABA, GIO P2O5, Tim Literasi CSR, dan GIO HCDev. Tidak hanya mejadi Grand Champion, stand yang dihadirkan GIO FABA selama empat hari penyelenggaraan PIQI 2022 juga dinobatkan sebagai Best Booth Pemenang. *(junita sianturi)